Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2017, 22:27 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Keberadaan Komisi Yudisial (KY) belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat luas.

Buktinya, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ada pihak yang mengira KY adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Pengakuan itu disampaikan langsung oleh Asisten Penghubung KY Wilayah Provinsi NTT, Hendrikus Ara, saat menggelar kegiatan Sinergitas Jurnalis di Hotel Amaris Kupang, Kamis (23/11/2017).

"Awal-awal setelah kami dilantik, kami lalu membangun kerja sama dengan perguruan tinggi di Kota Kupang. Selain fakultas hukum, juga dengan sekolah tinggi lain. Kami sempat komunikasi sama Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) dan mereka bilang KY ini LSM ya," ujar Ara.

Ara pun sempat memaklumi karena pernyataan itu disampaikan oleh pihak yang berasal dari latar belakang ilmu komputer.

"Karena dari STIKOM ya tentu kami maklumi saja, kecuali dari fakultas hukum pasti akan tahu apa itu KY," sebut dia.

Padahal, lanjut Ara, KY ini adalah lembaga tinggi negara yang setara dengan DPR, presiden dan MPR, DPD MK dan BPK. Semuanya termuat dalam konstitusi negara.

Akibat belum diketahuinya KY secara luas, Ara berharap pertemuan bersama wartawan ini bisa memublikasikan kepada masyarakat tentang kedudukan KY dalam ketatanegaraan.

"Sehingga, orang bisa tahu apa itu KY dan tidak bertanya lagi apa itu KY," ucap dia.

Baca juga: Ketua Komisi Yudisial Selidiki Kasus Percobaan Bunuh Diri Ketua PN Baubau

Di tempat yang sama, Kepala Sub-Bagian Advokasi Hakim Komisi Yudisial, Jonsi Afriantara, mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan kerja sama dan sinergi bersama media untuk bersama-sama mengawasi perilaku hakim.

Pengawasan terhadap perilaku hakim, lanjut dia, dalam rangka membangun peradilan yang bersih dan mendorong peradilan yang transparan dan akuntabel.

“Kami menyadari media memiliki peran penting dalam menopang proses peradilan, dengan tujuan akhir menegakkan peradilan bersih,” ujar dia.

Kompas TV Pada Agustus 2015 lalu, KY memberi sanksi 6 bulan non-palu bagi hakim Sarpin. Ternyata, MA tidak ikuti rekomendasi ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com