Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT Pupuk Indonesia Berharap Harga Gas Industri Turun 

Kompas.com - 17/11/2017, 23:31 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - PT Pupuk Indonesia tepaksa mengencangkan ikat pinggang lantaran tingginya harga gas untuk industri sebesar yang saat ini mencapai 6 dollar AS per mmbtu.

Produsen pupuk dalam negeri ini pun menyiasati pembengkakan biaya produksi dengan berbagai cara. Salah satunya mengganti penggunaan gas dengan batu bara di sejumlah sektor produksi.

"Kita melakukan efisiensi biaya di segala biaya agar pabrik bisa seusai kapasitasnya. Kita coba siasati beberapa utilitas agar cost bisa turun," kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat saat ditemui seusai Rapat Koordinasi Persiapan Musim Tanam di Jawa Barat dan Banten di Hotel Hilton, Kota Bandung, Jumat (17/11/2017).

Lebih lanjut Aas menambahkan, tingginya harga gas di Indonesia membuat PT Pupuk Indonesia sulit bersaing dengan produsen-produsen pupuk dari luar negeri.

"Dengan tingginya harga gas, kita agak sulit bersaing dengan produsen pupuk dari luar. Bukan hanya untuk subsidi, tapi juga dengan nonsusbsidi," ungkapnya. 

Meski demikian, Aat bersyukur pemerintah sempat menurunkan harga gas industri dari kisaran 8 hingga 9 dollar AS menjadi 6 dollar AS meski harga tersebut masih jauh dari harga gas di luar negeri.

"Di luar negeri hanya 1 sampai 3 USD. Harapan kita pemerintah bisa menurunkan kembali harga sesuai dengan harga bagi pesaing produsen luar negeri sehingga bisa bersaing dengan produsen luar negeri," jelasnya. 

Baca juga : Peduli dengan Petani, Brigadir Esa Bagikan Pupuk Organik Gratis

Kapasitas produksinya masih di atas angka kebutuhan pupuk untuk setiap tahunnya. Pada 2017 ini pihaknya menargetkan produksi 13 juta ton pupuk dengan realisasi mencapai 83 persen.

Dengan pengetatan yang dilakukan PT Pupuk Indonesia, Aas memastikan kebutuhan pupuk setiap tahunnya berkisar 9,5 juta ton tetap bisa terpenuhi dan stok ketersediaannya pun masih aman terkendali.

Terlebih, pihaknya menerapkan aturan, yakni harus memiliki stok untuk tiga pekan ke depan. Agar benar-benar aman, kata Aas, pihaknya menaikkan standard ketersediaan menjadi untuk lima pekan ke depan.

"Jadi kami pastikan stok aman. Hingga Oktober tahun ini kita sudah menyalurkan 80 persen pupuk dari total kebutuhan nasional. Sisanya disalurkan untuk kebutuhan musim tanam November dan Desember ini," tandasnya.

Baca juga : Polisi Gerebek Pabrik Pupuk Palsu di Bekasi

Kompas TV Dinas Kesehatan yang datang langsung menginspeksi ke sejumlah ruangan tempat pembuatan sari kelapa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com