Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Cak Imin Pun Terpukau "Wage"

Kompas.com - 17/11/2017, 15:21 WIB
Josephus Primus

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com- Wage Rudolf Supratman, begitu nama komplet pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah 9 Maret 1903. Badannya terlihat ringkih dan kurus.

Tapi janganlah pernah menilai seseorang dari penampilannya. Justru dari hasil karya seni musiknya, mengalunlah Indonesia Raya, lagu yang tak lekang dikumandangkan. Ya, Indonesia Raya, lagu kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia!

Meski sudah wafat pada 17 Agustus 1938, sosok Wage Rudolf Supratman muncul lagi di film Wage. Film karya sutradara John de Rantau itulah yang semalam dinikmati Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) di Makassar.

Wage merupakan film yang  mengulas seluk-beluk kehidupan komposer yang juga tokoh yang penyandang gelar pahlawan nasional tersebut.

Muhaimin Iskandar, karib disapa Cak Imin, bertandang ke Kota Angin Mamiri untuk menghadiri  Rapat Koordinasi Wilayah Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) DPW PKB Sulawesi Selatan. Di sela-sela kesibukannya itulah, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur  pada 24 September 1966 menonton Wage bersama para kader muda PKB.

Tak kalah gaya dengan para kader muda PKB, Muhaimin hadir dengan stelan necis berjaket hitam dengan dalaman kemeja berwarna cerah. Ia menggunakan celana jins dipadukan dengan sepatu semi formal berwarna gelap. Muhaimin tampak akrab berbaur dan bersenda gurau dengan para kader muda PKB.

Pejuang

Usai menonton film, Cak Imin mengaku terpukau dengan narasi film yang menggambarkan perubahan perlahan sosok Wage, dari anak muda yang hobi musik menjadi sosok pejuang.

“Sosok Wage yang ringkih, kurus, kacamata bulat seperti John Lennon, halus, ternyata menjadi sosok yang sangat berjasa bagi bangsa Indonesia. Hasil karyanya hingga saat ini terus didengungkan di tiap sudut negeri,” ujar Cak Imin.

Yang membuat Muhaimin terkesan dengan sosok WR Supratman dalam film itu antara lain pada adegan-adegan represi Belanda yang cukup dominan. Bahkan, dia sampai membandingkan nasib pilu Wage dengan nasib pianis Yahudi dalam film the Pianist.

“Sosok Fritz, tentara Belanda yang getol menguber Wage, cukup eksis di film ini juga mengingatkan saya pada sosok Hans Landa dalam film Inglorious Bastards,” katanya.

Cak Imin pun mengaku merasa terharu saat adegan Wage yang diperankan Rendra Bagus Pamungkas tengah bermain biola. Adegan itu terasa memberi kesan sedih dan muram dalam film itu.

Muhaimin yang sempat ditunjuk sebagai panglima santri itu juga menyampaikan kebanggaannya atas film yang diiniasi oleh para santri dan kyai itu. Muhaimin menilai fim tersebut layak ditonton oleh kaum milenial. Selain untuk mengetahui sosok WR Supratman, film tersebut juga memperlihatkan kisah perjuangan seorang anak bangsa untuk memperjuangkan tanah airnya.

 “Saya bangga karena film ini diinisiasi oleh santri dan kyai dari Ploso, Kyai Muchtar Jombang. Film ini cukup recommended untuk para kids zaman now, agar sejarah perjuangan jaman old terus hidup dalam kenangan kita,” pungkasnya. (KONTRIBUTOR JAKARTA/DAVID OLIVER PURBA)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com