"Pak Ganjar, Saya Minta Tolong Kecap dan Kompor..."

Kompas.com - 16/11/2017, 17:05 WIB

SRAGEN, KOMPAS.com - Parti, seorang nenek berusia 72 tahun, tinggal seorang diri di Sangiran, Kabupaten Sragen.

Sehari-hari, ia hidup mengandalkan pemberian dari tetangga-tetangganya, termasuk untuk makan.

Memasak baginya tidak dilakukan bukan karena tidak bisa, melainkan karena tidak memungkinkan.

Di rumahnya tidak ada bahan makanan yang tersimpan. Parti sendiri tidak memiliki kompor. Matanya pun sudah sulit untuk melihat.

Kondisi inilah yang kemudian disampaikan Parti manakala bertemu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Museum Purbakala Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, Kamis (16/11/2017).

Ganjar saat itu tengah menggelar Ngopi Bareng Gubernur Jateng untuk menampung keluhan dan harapan masyarakat.

"Owalah Pak, Pak. Kulo urip piyambak, mboten saget kerjo kerono mpun mboten saget ningali (Ya ampun, Pak, Pak. Saya hidup sendiri, sudah tidak bisa bekerja karena sudah tidak bisa melihat)," kata Parti.

Parti benar-benar mengandalkan uluran tangan tetangga-tetangganya. Jika tidak ada makanan, maka ia pun akan berpuasa.

"Ameh masak mboten gadhah kompor, sing dimasak nggeh mboten enten. Nek mboten enten sing maringi kulo nggeh poso (mau memasak tidak punya kompor, bahan masakan juga tidak ada, kalau tidak ada yang memberi makan, saya puasa," kata Parti.

Menjawab itu, Ganjar sambil bersimpuh di hadapan Parti mengatakan akan membantu. Ganjar lalu memanggil petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) untuk memberikan bantuan.

"Mangke kulo paringi kompor, beras, minyak lan kebutuhan liyane. Wis sakniki njenengan mboten usah khawatir (nanti saya beri kompor, beras, minyak dan kebutuhan lainnya. Sekarang Nenek tidak usah khawatir)," kata Ganjar.

"Kecap juga yo, Pak," tanggap Parti secara spontan.

Permintaan tersebut lalu membuat Ganjar dan ratusan peserta tertawa. Ganjar kemudian mengiyakan permintaan tersebut.

Tidak boleh kelaparan

Dalam kesempatan itu, Ganjar mengatakan bahwa kehidupan seperti yang dialami Nenek Parti mungkin saja terjadi di daerah lain.

Untuk itu, pihaknya meminta aparat pemerintah, khususnya TKSK dan lurah/kepala desa memberikan perhatian serius kepada seluruh warganya.

"Tidak boleh lagi ada warga Jawa Tengah yang kelaparan," ujar Ganjar.

Pemerintah dan masyarakat, lanjut Ganjar, harus bergotong royong menghapus kemiskinan di Jawa Tengah. Pihak swasta dan kalangan pengusaha juga diminta pro dan aktif dalam mendukung program ini.

"Kami minta dana CSR perusahaan-perusahaan bisa disalurkan untuk mengatasi permasalahan seperti yang dialami Bu Parti ini," kata dia.

Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Jawa Tengah mengalami penurunan. Sejak tahun 2013 hingga 2017 ini, angka kemiskinan Jateng turun hingga 282.230 jiwa.

Adapun dari data BPS Jawa Tengah (Jateng) periode September 2016-Maret 2017, pengurangan jumlah penduduk miskin di Jateng sebanyak 43.030 jiwa.

Baca: Penurunan Angka Kemiskinan, Jateng Ungguli Jatim dan Jabar

"Kemiskinan Jateng masih banyak, saya katakan iya. Namun, kami bersama teman-teman mengeroyok bersama-sama dengan berbagai program untuk pengurangan angka kemiskinan itu, dan kita bisa lihat hasilnya sama-sama,” ucap Ganjar.

Selain memberikan Kartu Jateng Sejahtera (KJS) yang juga disediakan bagi warga seperti Nenek Parti, kini fokus Pemerintah Provinsi Jateng, lanjut Ganjar, adalah mencapai target sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada akhir 2017 untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 11,30-10,83 persen.

"Saat ini per Maret 2017, angka kemiskinan pada posisi 13,01 persen atau sebesar 4,45 juta jiwa. Kami akan terus berjuang untuk menyelesaikan persoalan ini," pungkasnya. (KONTRIBUTOR JAWA TENGAH/ ANDI KAPRABOWO)


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com