SOLO, KOMPAS.com - Kalangan mahasiswa di Solo, Jawa Tengah, menilai jalur pemandu atau guiding block belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan para penyandang tunanetra. Contohnya di kawasan Pasar Gede Solo, guiding block yang seharusnya disediakan bagi penyandang tunanetra justru digunakan untuk tempat berjualan.
"Kita bisa melihat guiding block di trotoar jalan malah digunakan pedagang. Boleh berdagang asal jangan menutupi guiding block itu sendiri," jelas Kepala Divisi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Sebelas Maret Solo, Zakaria, kepada Kompas.com, Minggu (12/11/2017).
Meski hanya menutupi sedikit guiding block tersebut, lanjut Zakaria, itu artinya masih ada yang merebut hak para penyandang disabilitas. Untuk itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk peduli terhadap mereka.
"Mari kita peduli terhadap mereka. Misal kalau ada tunanetra seperti ini pengguna jalan itu harusnya seperti apa? Contohnya guiding block jangan ditutupi biar mereka bisa menggunakannya secara maksimal," ungkap dia.
Baca juga : Perjuangan Retno, Terlahir dari Orangtua Tunanetra, Cari Beasiswa untuk Kuliah dan Lulus Cumlaude
Sementara itu, mahasiswa lain bernama Pradita menambahkan, para penyandang disabilitas sebenarnya sama seperti masyarakat pada umumnya. Mereka memiliki kemampuan lain yang justru tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya.
"Kita menggalakkan inklusi itu supaya masyarakat umum dapat menerima keberadaan mereka, bukan menerima kekurangan mereka. Kita menganggap sama bahwa mereka itu berbeda untuk menunjukkannya kepada orang lain, seperti berprestasi maupun lainnya," terang Pradita, mahasiswa PLB UNS Solo.