MALANG, KOMPAS.com - Andi Nursaiful (48), warga Perum Cenning Ampe Blok K-10 Desa Sukamaju RT 4 RW 27 Kecamatan Cilodong, Kota Depok dinyatakan meninggal dunia saat mengikuti Lomba Bromo Tengger Semeru (BTS) Ultra 100 kelas 70 kilometer, Sabtu (4/11/2017).
Awalnya, korban bersama 371 peserta lainnya start sekitar pukul 01.00 WIB dini hari dari Hotel Lava View, Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo. Korban kemudian berlari mengikuti track yang telah ditentukan oleh panitia.
Korban kemudian terjatuh saat tiba di kilometer 18, tepatnya di jalan arah menuju Ranu Pani setelah berlari selama empat jam sekitar pukul 5.00 WIB. Seketika itu pula, korban dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis yang telah disiapkan.
"Informasinya, dia merasa sesak nafas, dia geletak, setelah itu meninggal," kata Panitia Operasi BTS Ultra 100, Florenciano Hendricus Mutter saat ditemui di Kamar Mayat Rumah Sakit Saiful Anwar Kota Malang.
Baca juga : Menuai Protes, TNBTS Pertahankan Tugu Nama di Gunung Bromo
Dikatakannya, BTS Ultra 100 merupakan acara tahunan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Saat ini, event tersebut merupakan yang kelima dan diikuti oleh peserta dari 37 negara.
Ada empat kelas dalam event tersebut yakni kelas 30 kilometer yang diikuti oleh 506 peserta, kelas 70 kilometer yang diikuti 372 peserta, kelas 102 kilometer yang diikuti 161 peserta dan kelas 170 kilometer yang diikuti 50 peserta.
Sementara korban yang meninggal dalam event itu merupakan peserta di kelas kedua, yakni kelas 70 kilometer. Event tersebut berlangsung selama tiga hari, mulai Jumat (3/11/2017) hingga Minggu (5/11/2017).
Baca juga : Sengaja Tidak Sarapan Bisa Bahayakan Jantung
Hendricus mengatakan, panitia penyelenggara BTS Ultra 100 siap bertanggung jawab atas kejadian itu.
"Kami siap tanggung jawab. Kami mau bertanggung jawab dengan batasan kemampuan kita," ucapnya.
Sementara itu, saat proses pendaftaran, panitia sudah menerima surat pernyataan dari setiap peserta bahwa sudah siap mengikuti track yang telah disiapkan panitia, termasuk dari korban yang meninggal dunia.
Yotin Bayu Meryani, salah satu tim medis dalam event tersebut mengatakan, korban meninggal seketika di lokasi kejadian. Korban diperkirakan meninggal karena mengalami berhenti jantung secara mendadak saat berlari.
Baca juga : Golongan Darah Ini Lebih Berisiko Terkena Serangan Jantung?
"Perkiraan kami pasien mengalami berhenti jantung mendadak. Dari berhenti jantung itu membuat pasien terjatuh," katanya.
Sementara itu, kejadian berhenti jantung, menurutnya, bisa disebabkan oleh sumbatan kolesterol dan sumbatan pembuluh darah.
Tutut Nursaiful, istri korban tidak menduga suaminya akan meninggal saat mengikuti event tersebut. Menurutnya, tidak ada keluhan dari suaminya saat hendak berangkat mengikuti lomba tersebut.
"Berangkatnya tidak ada keluhan apa - apa," katanya.