Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Bisa Digunakan, Perahu Bantuan Menteri Kelautan dan Perikanan Mangkrak

Kompas.com - 04/11/2017, 06:46 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Dua buah perahu yang terlihat berbeda bersandar di dermaga pelabuhan pendaratan ikan (PPI) di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Bahannya terbuat dari fiber dengan warna putih, biru, dan merah pada bodi kapalnya.

Sementara di sekitarnya, perahu-perahu berbahan kayu tertambat, dengan sebagian masih diisi aktivitas para nelayan di dalamnya. Ada yang mengemas jalanya, ada yang sedang menurunkan ikan-ikan hasil tangkapan.

Dua kapal fiber itu ternyata sudah tiga bulan lebih bersandar di sana. Kapal bantuan proyek Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu ternyata bukan sengaja dianggurkan oleh nelayan.

Mereka mengaku kapal itu belum bisa digunakan lantaran belum dilengkapi peralatan penangkapan ikan. Selain itu, desain dan tata ruang kapal juga tak sesuai dengan kebiasaan nelayan di daerah ini melaut.

Salah seorang nelayan, Raihan mengatakan, desain kapal terlalu tinggi dan kurang lebar. Sementara tempat penyimpanan jaring tangkap ikan tidak memadai, sehingga mereka harus mengubah tata ruangnya lagi.

"Tempat jaring itu mau diubah. Kalau tidak diubah, mau ditaruh di mana. Baru tiga bulan, akinya juga sudah tidak bisa diisi," ujar Raihan pada Kompas.com, Kamis (2/11/2017).

Baca juga : Polisi Lhokseumawe Selidiki Kasus Penggelapan Kapal Bantuan Senilai Rp 1,7 Miliar

Ia mengaku, mengubah desain ruang kapal fiber ini jauh lebih mahal dibanding melakukan perubahan pada perahu berbahan kayu, yang selama ini sudah biasa mereka pakai.

"Kalau yang dari kayu, biar merehab tidak seberapa. Kalau ini banyak," kata dia.

Raihan menambahkan, akibat belum bisa dipakai menangkap ikan, perahu itu baru sekali dipakai, untuk menampung ikan telang busuk dari Tanjung Puting.

Sementara itu, Usber, staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Tengah, mengatakan, masalah utama untuk pengoperasian kapal bantuan dari kementerian yang dipimpin Susi Pujiastuti itu hanya soal alat tangkap.

"Itu aja permasalahannya. Kalau kondisi lambung kapal yang lebih tinggi memang tidak sesuai dengan kebiasaan mereka. Tapi masih bisa digunakan. Fiber memang seperti itu," kata Usber.

Selain pengadaan kapal, proyek KKP yang belum beroperasi di wilayah Kotawaringin Barat adalah Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Perikanan. Di dalamnya juga terdapat pabrik tepung ikan. Seluruh bangunan di kawasan itu sudah rampung sejak hampir setahun lalu. Kini di sekelilingnya mulai ditumbuhi ilalang. Beberapa pintu (rolling door) pun mulai terlihat bolong-bolong.

Sebelum Lebaran lalu, sempat berembus wacana Menteri Susi Pujiastuti akan meresmikan pengoperasian proyek ini. Namun, sampai saat ini rencana ini juga belum jelas kapan dilaksanakan.

Anggota Komisi IV DPR RI, Rahmat Nasution Hamka menilai, pembangunan fasilitas tersebut kurang matang dalam perencanaannya.

"Yang jelas ini terkait perencanaan yang kurang matang, yang kurang mengakomodasi saran berbagai pihak," ujarnya seusai meninjau tempat tersebut Jumat (3/11/2017).

Baca juga : Dapat Bantuan Modal, Warga Miskin di Bandung Menangis dan Sujud Syukur

Ia berharap kontrol atas pembangunan proyek seperti ini harus dilakukan sejak perencanaan hingga berjalan sesuai fungsinya.

"Jangan nunggu peresmian. Kalau bisa jalan ya harus jalan. Peresmian itu kan hanya seremonial," kata dia.

Kompas TV Dinas Olahraga, Pemuda dan Pariwisata, Kota Parepare, Sulawesi Selatan, menyediakan satu unit perahu wisata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com