Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Bambangan Sulap Sampah Pendaki Gunung Slamet Jadi Rumah Botol

Kompas.com - 01/11/2017, 17:45 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Gunung Slamet (3428 mdpl) selalu diburu para pendaki dari berbagai daerah. Hingga akhir Oktober saja, sedikitnya 18.683 pendaki mendaftar melalui jalur Bambangan, Kecamatan Karagreja, Purbalingga, Jawa Tengah.

Bagai pisau bermata dua. Membludaknya jumlah pendaki berimbas positif pada perekonomian lokal. Namun di sisi lain, dampak ekologis terutama sampah plastik yang ditinggalkan para pendaki tidak dapat dianggap remeh.

Pengelola Basecamp Bambangan, Gunung Slamet, Purbalingga, Jawa Tengah, Slamet Ardiyansah mengungkapkan, pada musim pendakian masal periode Agustus-Oktober ini, jumlah pendaki Gunung Slamet yang menempuh jalur Bambangan mencapai 6.400 orang.

Dalam hitungan kasarnya, jika satu pendaki rata-rata membawa dua botol air mineral ukuran 1,5 liter, maka sedikitnya ada sekitar 12.800 botol plastik yang diproduksi.

“Hampir sebagian besar pendaki memang sudah sadar untuk membawa sampah-sampah anorganik turun. Tapi sampah botol kebanyakan ditinggal di basecamp, jadi kami harus memutar otak lagi untuk mengolah sampah ini,” ujarnya saat ditemui Rabu (1/11/2017).

(Baca juga : Bukit Tangkeban, Panorama Menakjubkan di Kaki Gunung Slamet)

Para pemuda Dusun Bambangan, Desa Kutabawa ini pun berpikir hingga muncullah sebuah ide kreatif. Timbunan sampah botol plastik tersebut disulap menjadi aneka macam bangunan rumah semi permanen yang unik.

Rumah-rumah botol plastik itu didirikan di salah satu sisi jalur pendakian tepat sebelum pos 1. “Selain bisa menjadi solusi sampah dan pengingat para pendaki, rumah botol ini juga bisa mendogkrak kunjungan wisata non-pendaki ke Bambangan,” ujarnya.

Salah satu rumah botol plastik yang ada di Gunung Slamet, Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah.KOMPAS.com/Iqbal Fahmi Salah satu rumah botol plastik yang ada di Gunung Slamet, Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah.
Untuk mencapai lokasi rumah botol, pengunjung dapat berjalan kaki menyusuri jalur pendakian sejauh 1 kilometer dari basecamp. Perjalanan yang cukup melelahkan ini terbayar lunas oleh sejuknya udara dan pemandangan landscape perbukitan hijau di rumah botol. 

“Untuk pengunjung umum, kami tarik tiket seharga Rp 5.000. Khusus pendaki, kami gratiskan karena sudah include dalam tiket pendakian,” jelasnya.

(Baca juga : Lembah Asri Serang, Sepotong Surga di Kaki Gunung Slamet)

Untuk membuat satu rumah, Slamet membutuhkan puluhan kilogram sampah botol plastik.

Jika di hari-hari biasa, untuk mengumpulkan sampah sebanyak itu harus menunggu sampai beberapa pekan. Khusus di bulan-bulan spesial seperti Agustus dan libur panjang, pihaknya hanya butuh satu kali musim pendakian masal.

Saat ini, di Bambangan sudah ada empat rumah botol plastik yang berdiri. Rencananya, dalam waktu dekat, pengelola akan menambahkan beberapa rumah lagi di kompleks itu.

Selain rumah botol, pihaknya tengah menyiapkan beberapa wahana lain, seperti area berkemah keluarga.

“Sudah banyak yang tanya (area berkemah), dekat-dekat ini kami buka, sekaligus persewaan tenda,” pungkasnya.

Kompas TV Komunitas La Trucyclerie Ubah Sampah Organik Jadi Pupuk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com