Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2017, 05:51 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Lalu lintas di Jalan Ijen, Kota Malang, terlihat ramai, Selasa (31/10/2017). Sejumlah kendaraan hilir mudik menghiasi jalan kembar yang melintang dari arah selatan ke utara.

Jalan Ijen merupakan salah satu jalur poros di kawasan dengan nama-nama jalan gunung. Selain Ijen, di kawasan itu terdapat pula Jalan Semeru dan Bromo.

Jalan itu menjadi ikon bersejarah di Kota Malang. Terdapat banyak bangunan kuno peninggalan masa Hindia Belanda di sepanjang jalan itu. Bangunan-bangunan perumahan tersebut berbentuk vila.

Sebagian bangunan masih ada yang mempertahankan bentuk aslinya, namun sisanya sudah ada yang berganti menjadi bangunan baru.

Di masa Hindia Belanda, kawasan yang biasa disebut dengan bergenbuurt atau kawasan jalan gunung-gunung itu merupakan daerah elit yang banyak dihuni bangsa Belanda dan bangsa- bangsa dari negara Eropa lainnya.

Bahkan, kawasan itu juga disebut sebagai kota mandiri. Sebab, di sekitar kawasan itu terdapat sejumlah fasilitas yang menunjang aktivitas keseharian warga.

Seperti keberadaan Gereja Katedral sebagai tempat ibadah, bangunan sekolah, Pasar Oro-oro Dowo sebagai pusat perdagangan dan lapangan pacuan kuda sebagai tempat hiburan.

Lapangan pacuan kuda itu diperkirakan berada di lokasi yang saat ini menjadi bangunan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Malang.

Baca juga : Setelah Kampung Warna-warni dan Tridi, Kini Ada Kampung Biru Arema

Selain itu, dibandingkan dengan jalan lainnya di Kota Malang, Jalan Ijen merupakan jalan yang paling elok dipandang. Terdiri dari jalan kembar yang di tengahnya terdapat taman. Sementara di sampingnya terdapat pedestrian dengan hiasan pohon palem. Biasanya, taman dan pedestrian itu menjadi tempat bermain warga, khususnya di malam hari.

Arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan, kawasan Ijen yang disebutnya sebagai koridor Ijen adalah bentuk pengembangan masa lalu pembangunan daerah.

"Ijen itu merupakan satu koridor di dalam satu kawasan dari nama-nama gunung. Kawasan pengembangan masa lalu. Kawasan yang ditata sedemikian rupa untuk dikembangkan," katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (31/10/2017).

Kawasan itu dibangun oleh seorang arsitek asal Belanda, Herman Thomas Karsten sejak sekitar tahun 1935. Dikatakan Dwi, ada delapan tahap perencanaan pembangunan di Kota Malang pada masa itu. Sementara Jalan Ijen merupakan tahapan pembangunan yang ke-5.

Ketika itu, pembangunan dimulai dari perempatan Bareng atau perempatan Jalan Kawi hingga ke Gereja Katedral. Beberapa tahun kemudian, pada pembangunan tahap ke-7, Jalan Ijen dikembangkan mulai dari Gereja Katedral hingga ke perempatan Lonceng di Jalan Bandung. Sejak saat itu, dua tahapan pembangunan itu menjadi satu kesatuan, yakni Jalan Ijen.

Kepala Seksi Promosi Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Agung H Buana mengatakan, ada berbagai peninggalan yang menunjukkan bahwa Ijen merupakan kawasan elit dan menjadi kota mandiri di masanya.

Salah satunya adalah adanya bekas rumah listrik milik perusahaan Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatchappij (Aniem), sebuah perusahaan penyedia listrik Belanda yang berada di ujung selatan Jalan Ijen. Keberadaan rumah listrik itu untuk menerangi rumah- rumah di kawasan itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com