Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Jombang, 150 Pemuda dari 22 Negara Belajar Keberagaman

Kompas.com - 28/10/2017, 16:16 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sebanyak 150 pemuda dari 22 negara mengikuti program ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) di Pusat Studi ASEAN (PSA) Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu), Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Mereka akan diperkenalkan dengan toleransi keberagaman yang selama ini terjalin di Indonesia.

Kegiatan pemuda ASEAN pertama yang diadakan di pesantren itu akan berlangsung selama tiga hari. Mulai dari Sabtu (28/10/2017) hingga Senin (30/10/2017). Kegiatan itu merupakan rangkaian dari peringatan 50 tahun ASEAN.

Selama tiga hari berada di pesantren, para pemuda itu akan mendapatkan materi mengenai toleransi dan kehidupan moderat dari sejumlah pemuka agama di Indonesia. Yakni dari Yahya Cholil Staquf, Srawut Aree, Bhante Viriyanadi Mahathera, dan Antonius Benny Susetyo Pr.

Selain itu, mereka juga akan diajak untuk merasakan langsung keberagaman yang terjalin di tengah masyarakat dengan mengunjungi sejumlah tempat ibadah. Seperti patung Budha tidur di Mojokerto, Gereja Kristen Jawa Timur, Klenteng Hong San Kiong dan ke makam mantan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Baca juga : Belajar Keberagaman, Presiden Afghanistan Akan ke Indonesia Akhir 2017

Kemudian di akhir kegiatan akan ada Jombang Declaration atau deklarasi Jombang sebagai komitmen para pemuda untuk menjaga perdamaian.

Anak-anak peserta Wisata Pendidikan Multikultural dengan tema Bersama Merawat Keberagaman  saat mengunjungi Gereja Bintaran, Kota Yogyakarta (Dokumentasi Panitia)KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Anak-anak peserta Wisata Pendidikan Multikultural dengan tema Bersama Merawat Keberagaman saat mengunjungi Gereja Bintaran, Kota Yogyakarta (Dokumentasi Panitia)
Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Abdurrahman Mohammad Fachir dalam sambutannya saat membuka kegiatan itu pada Sabtu ini, menekankan pentingnya dialog antar agama dalam menghadapi tantangan dunia seperti ancaman radikalisme dan terorisme.

Pihaknya juga meminta kepada para pemuda untuk menjadi agen perdamaian. Terutama perdamaian di kawasan ASEAN.

"Masyarakat dalam komunitas sosial-budaya ASEAN adalah jantung dari komunitas ASEAN secara keseluruhan. Pemuda lah yang akan menentukan perdamaian dan stabilitas di kawasan. Pemudalah yang juga akan memiliki kemampuan untuk menuntun rakyat menuju kemakmuran dan pemuda lah yang akan menikmati hasil keteguhan dan segala daya upaya," katanya dalam release yang diterima Kompas.com.

"Hanya melalui dialog lah kita bisa saling mengerti. Dengan semangat ini lah, Indonesia telah berinisiatif untuk memajukan dialog lintas-agama sebagai ciri khas diplomasi. Untuk itulah, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mendorong anda sekalian menjadi duta perdamaian dan toleransi," sebutnya.

Baca juga : Jokowi: Banyak Kepala Negara Kaget tentang Keberagaman Indonesia

Sebanyak 150 pemuda yang terlibat dalam kegiatan itu di antaranya berasal dari Indonesia, Kamboja, Brunei Darussalam, Laos, Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand dan Singapura. Selain itu juga ada dari Jepang, Pakistan, Madagaskar, Lithuania, Maroko, Mesir, Hongaria, Amerika Serikat, Tanzania, Korea Selatan, Libya, Belanda dan Inggris.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri telah menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan di seluruh Indonesia untuk menyebarluaskan informasi dan kegiatan ASEAN melalui pembentukan Pusat Studi ASEAN atau PSA. Saat ini, sudah ada 46 Pusat Studi ASEAN yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kompas TV Menggunakan Sosial Media untuk Merajut Keberagaman (Bag 2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com