Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jambore TIK Penyandang Disabilitas, Mimpi Menembus Dunia Kerja

Kompas.com - 26/10/2017, 20:34 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Agung, 14 tahun, mencoba mengisi kolom dan lajur dalam program Ms Excel di komputer jinjing di hadapannya. Cara mengisinya tidak biasa.

Siswa kelas 2 tingkat menengah atas (SMA) di sekolah luar biasa (SLB) negeri Balikpapan ini menjulurkan muka sedekat-dekatnya pada layar laptop. Tidak jarang jidatnya sampai menempel pada layar itu. Sembari mengamati huruf demi huruf di layar laptop, jari Agung terus 'menari' di banyak tuts keyboard laptop untuk menulis.

Satu per satu kolom ataupun lajur di Excel terisi rangkaian huruf dan kata. Perjuangan yang tidak sia-sia. Dia berhasil melengkapi tugas mengisi kolom tabel Excel.

"Seperti inilah mereka ketika sedang membaca tulisan (dengan jarak sangat dekat) di laptop. Dengan jarak pandang sangat terbatas, mereka bisa menghasilkan apa yang orang normal kerjakan," kata Noor Yasin, di Jambore Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) yang berlangsung di Balikpapan, Kalimantan Timur, 26 Oktober 2017.

Baca juga : Dengan Alat Ciptaan Siswa SMA Ini, Tuna Netra Bisa Mendengar Warna

Jambore TIK ini merupakan ajang pertemuan disabilitas atau penyandang cacat, baik penglihatan, pendengaran, fisik dan intelektual. Mereka datang dari berbagai provinsi di Kalimantan untuk mengikuti Jambore yang berlangsung 25-27 Oktober 2017.

Di Jambore itu, mereka berkumpul, berlatih, dan mengembangkan potensi di keterampilan seputar teknologi informatika, seperti microsoft office, internet, desain grafis hingga publik speaking. Puncak dari pelatihan adalah kompetisi, baik individu maupun secara berkelompok.

Bertemunya ratusan disabilitas ini diprakarsai Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementrian Komunikasi yang bekerja sama dengan Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi Informatika.

Agung salah satu peserta Jambore. Ia penyandang disabilitas penglihatan atau tuna netra. Agung menderita low vision, satu dari dua jenis kebutaan, yakni tidak bisa melihat sama sekali atau hanya bisa melihat obyek dengan jarak pandang sangat terbatas.

"Agung masuk kategori low vision atau hanya bisa melihat jarak terbatas. Kacamata tidak lagi membantu dirinya," kata Yasin selagi menjadi pendamping instruktur di kelas disabilitas penglihatan.

Baca juga: Inovasi Pria Asal Bantul Buat Alat Bantu Tuna Netra Belajar Matematika

Jambore TIK, menurut Yasin, merupakan bagian dari upaya pemerintah menunjukkan bahwa penyandang disabilitas juga punya kesempatan bersaing di dunia kerja meski dalam keterbatasan fisik. Salah satunya adalah di bidang keahlian teknologi informasi dan komputerisasi (TIK) ini.

Saat ini, TIK telah berkembang menjadi teknologi yang ramah bagi penyandang cacat. Yasin mencontohkan, Ms Word dan Ms Excel juga bisa dipakai penyandang disabilitas penglihatan.

“Siswa bisa membedakan perintah dalam Excel, dari suara yang memang telah ada dalam program itu sendiri. Sudah ada programnya. Misal petunjuk rata kanan, rata kiri, ada dalam bentuk suara. Mereka (tuna netra) bisa cepat memahami,”  katanya.

Seorang disabilitas penglihatan bisa saja mahir menggunakan Ms Word maupun Excel sama dengan manusia normal pada umumnya. Karenanya, peluang masa depan yang sama pun terbuka.

“Selama ini kita cuma tahu orang tuna netra hanya jadi tukang pijat. Tidak! Mereka banyak juga yang jadi PNS, guru, dosen. Mereka ini juga bisa bikin blog, menulis cerita, mendesain. Peluangnya selalu terbuka,” kata Yasin.

“Meski beda-beda daya tangkap masing-masing, tapi tingkat intelegensia mereka bagus. tulah mengapa banyak yang cepat belajar,” kata Yasin.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com