Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keris, "Ageman" Raja hingga Investasi

Kompas.com - 26/10/2017, 07:07 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Keris mengalami perubahan fungsi dan bentuk seiring perkembangan zaman. Awalnya benda peninggalan budaya ini berfungsi sebagai senjata tajam atau tikam untuk bertempur jarak dekat.

“Keris zaman kerajaan Hindu-Budha, dulu bentuknya seperti kadgo atau pisau belati. Fungsinya untuk senjata tikam. Tidak seperti sekarang yang mengenal estetika dan isoteri,” kata Kurator Museum Sonobudoyo, Sumitro, ketika berbincang dengan Kompas.com, Senin (2/10/2017).

Sumitro mengatakan, keris merupakan peninggalan budaya Nusantara yang sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha. Menurut dia, keris yang bentuknya kadgo ini sudah dipakai prajurit untuk berperang atau masyarakat untuk melindungi diri pada zaman Kerajaan Tarumanegara pada 450 M.

Dikutip dari buku berjudul Kajian Koleksi Keris yang merupakan karya milik Museum Sonobudoyo, keris berbentuk belati ini merupakan bentuk awal keris. Bentuk keris awal itu bentuknya mirip belati gaya India. Fungsi keris sebagai senjata pun diperkuat catatan Ma Huan yang merupakan anggota Ekspedisi Ceng Ho.

Baca juga: Cerita Jokowi Dipameri Keris oleh Erdogan dan Putin...

Presiden Joko Widodo saat meninjau Museum Keris Nusantara di Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/8/2017).Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden Presiden Joko Widodo saat meninjau Museum Keris Nusantara di Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/8/2017).
Seperti yang tertulis dalam buku Kajian Koleksi Keris, catatan itu menyebutkan jika masyarakat pada zaman Kerajaan Majapahit selalu mengenakan pu-la-tou (belati) yang diselipkan pada ikat pinggang. Hal ini mengindikasikan bahwa keris merupakan senjata yang selalu dipakai masyarakat saat itu untuk melindungi diri.

Seiring dengan perkembangannya, kata Sumitro, pada abad ke-14 keris mulai memiliki bentuk yang lebih khas. Fungsinya pun mulai mengalami perubahan. Pertama keris sebagai ageman atau senjata yang dipakai raja setiap hari. Kedua keris sebagai sengkeran atau benda yang disimpan dengan tujuan untuk menjaga kerajaan supaya tidak diserang musuh. Terakhir keris dipakai perang atau senjata berbahan besi berkualitas campuran baja tinggi yang dipakai prajurit.  

“Keris pada abad ke-14 mulai mengenal estetika, seperti miliknya Ken Arok pada zaman Kerajaan Singosari,” kata Sumitro.

Dia mengatakan keris yang awalnya merupakan alat untuk melindungi diri itu mulai diperindah yang kemudian menjadi sebuah hasil karya seni luar biasa dan pusaka oleh sebagian besar masyarakat Jawa mulai berlangsung pada zaman Kerajaan Brawijaya (1478 M). Waktu itu, kata dia, rajanya mulai memerintahkan empu membuat keris untuk ageman.

Baca juga: Rencong, Aceh Pungoe, dan Islam

Menurut dia, kondisi tersebut pun terus berlangsung sampai munculnya kerajaan Islam di Nusantara. Hal itu ditandai dengan adanya keris khas ulama pada zaman Kerajaan Demak.

“Keris zaman itu sudah mengenal estetika dan kegunaan lebih ke arah daya, sudah tidak dipakai untuk senjata tikam lagi. Tapi orang dengan melihat keris itu saja sudah merasa takut,” kata Sumitro.
 
Tak hanya menjadi pusaka, kata Sumitro, keris waktu itu juga sudah memiliki fungsi sosial. Sebab, kata dia, menunjukkan suatu kelas atau golongan seseorang di tatanan kehidupan masyarakat. Itu sebabnya setiap bentuk keris itu selalu berbeda. Sebab, tak semua orang dan sembarang orang bisa memesan keris kepada seorang empu.
 
“Empu pasti selalu menanyakan dulu latar belakang yang memesan keris. Sampai sekarang pun masih karena itu setiap bentuk keris itu bisa mengetahui status sosial seseorang. Misal keris milik raja berbeda dengan keris yang dimiliki pangeran,” ujar Sumitro.
 
“Ibaratnya keris itu seperti jabatan atau pangkat. Karena dulu itu tidak ada pangkat seperti sekarang, seperti jenderal bintangnya empat,. Kalau melihat keris itu bisa melihat kelas seseorang. hal itu bisa dilihat dari sarung atau bentuk bilahnya,” kata Sumitro.

Baca juga: Kujang Naga Lubang 9, Pilihan Presiden Jokowi

Empu Sungkowo Harumbrojo mengecek keris yang telah jadi di ruang pameran di rumah tempa miliknya di Dusun Gatak, Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Rabu (20/9/2017).KOMPAS.com/Teuku Muh Guci S Empu Sungkowo Harumbrojo mengecek keris yang telah jadi di ruang pameran di rumah tempa miliknya di Dusun Gatak, Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Rabu (20/9/2017).
Selain itu, kata dia, keris juga memiliki fungsi dalam tatanan kehidupan seorang pria. Pandangan zaman dulu bahwa seorang laki-laki itu harus memiliki curigo (keris), turonggo (kuda), wisma (rumah), wanito (istri), kukilo (burung/kesenangan). Keris, kata dia, merupakan benda yang harus dimiliki seorang pria.
 
“Kehidupan seorang pria pada saat itu belum dikatakan sempurna bila tak memiliki keris,” kata Sumitro.
 
Saat ini, ujar Sumitro, keris merupakan benda budaya yang bisa menggambarkan perjalanan sejarah Nunsatara ini. Sebab keris juga tidak terlepas dari peristiwa sejarah yang terjadi nusantara. Warisan budaya bangsa Indonesia yang diakui dunia sejak 2005 ini juga bisa ditemukan di sejumlah negara.
 
“Jangan salah, keris karya Nusantara juga bisa ditemukan di Hawai, Thailand, Filipina, Malaysia, Suriname, Swedia, dan Inggris. Itu karena raja zaman dulu sering melakukan kunjungan ke tempat itu. Keris ini sebagai hadiah,” kata Sumitro.

Baca juga: Kisah Sungkowo, Perajin Keris Generasi ke-17 Empu Kerajaan Majapahit
 
Selain itu, Sumitro menyebut, keris saat ini dianggap sebagai maha karya seni yang sangat bernilai tinggi. Hal itu pula yang menyebabkan keris yang merupakan budaya bangsa itu mulai bisa dimiliki semua orang tanpa harus memandang kelas. Pemiliknya, kata dia, tak lagi harus berstatus bangsawan untuk bisa memiliki keris yang dimiliki seorang raja. Kenyataan lainnya, keris menjadi kelengkapan busana tradisional.
 
“Keris ini juga memiliki nilai investasi karena harganya tidak ada plafon. Bisa beli dengan harga murah, tapi kalau ada kolektor itu bisa dijual mahal. Itu bukan hal yang mustahil. Asalkan punya uang, dia bisa memiliki keris yang memiliki nilai sosial yang tinggi meski yang bersangkutan tidak memahami nilai yang terkandung,” kata Sumitro.

Kompas TV Presiden Jokowi Resmikan Museum Keris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com