Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2017, 18:32 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Ribuan petani hamijon (kemenyan) yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi dan Pakpak Barat, menggantungkan hidupnya dari memanen getah berbau khas itu.

Mereka sudah melakukannya turun-temurun, bahkan sebelum Negara Republik Indonesia berdiri.

Kemenyan merupakan salah satu tanaman hutan endemik yang hanya tumbuh di Indonesia. Beberapa kelompok masyarakat lokal asli di Provinsi Sumatera Utara yang didominasi suku Batak di kabupaten tersebut, masih mempertahankan batang-batang kemenyannya meski generasi mudanya kini sudah banyak yang tak lagi berminat meneruskan warisan ini.

"Dari kemenyan inilah kami hidup. Meski harganya tidak lagi seperti dulu. Kalau dulu, kaya kami dibuat kemenyan ini (kemenyan membuat kami kaya). Sekarang, cukup makan aja, tapi tak apa, tak mau kami menebangnya," kata Lumbangaol, warga Desa Matiti, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, yang dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (21/10/2017).

Hal senada disampaikan Opung Solin, warga Desa Karing, Kabupaten Dairi. Pria ramah ini mengatakan, kemenyan masih memberinya harapan untuk membantu ekonomi keluarganya. Meski komoditi lain datang menawarkan kepraktisan dan efesiensi, juga harga jual yang lebih mahal, dia masih mengurus pohon kemenyan miliknya.

"Bagiku, kemenyan ini harta yang harus kupertahankan. Biarlah anak-anak sekarang tak mau lagi berladang kemenyan. Kami yang tua-tua ini masih sanggup mengurusnya. Apalagi, panjang jalan kami mempertahankan kemenyan ini, banyak sudah perjuangan yang kami lakukan," katanya mengenang.

Sekretaris Jenderal Komunitas Peduli Hutan Sumatera Utara (KPHSU), Jimmy Panjaitan menyatakan, nilai ekonomi yang dimiliki kemenyan masih tinggi sehingga masyarakat sangat bergantung padanya.

Baca juga : Sipaha Lima, Ritual Sakral Agama Leluhur Suku Batak

Informasi terakhir yang didapat pihaknya dari petani menyebutkan, nilai transaksi dari penjualan getah hamijon dalam satu komunitas atau desa sebesar Rp 8 miliar sampai Rp 20 miliar per tahun.

"Selain nilai ekonomi, dampak positif lain terkait keberadaan kemenyan adalah wilayah hutan yang terus terjaga sampai saat ini. Kegiatan memanen getah tidak merusak hutan, tidak ada perambahan maupun alih fungsi lahan," kata Jimmy.

Namun, kondisi tutupan hutan yang masih terjaga tersebut malah oleh pemerintah diklaim sebagai kawasan hutan negara dan secara sepihak terjadi pemindahan hak milik. Saat ini, ada seluas 631.355 hektar hutan hamijon berada di kawasan hutan Sumatera Utara, tersebar di kawasan hutan produksi maupun hutan lindung berdasarkan SK MenLHK Nomor 579 Tahun 2015 tentang kawasan hutan di Sumut.

"Ini yang kemudian memunculkan konflik tenurial di Sumut. Penunjukkan kawasan hutan oleh pemerintah yang diwakili Kementerian LHK malah menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dan perusakan ekosistem," ungkapnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Studi Kebijakan dan Advokasi (Elsaka), Bekmi Darusman, menambahkan, mencermati situasi kekinian terkait penguasaan lahan kawasan hutan, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk mengeluarkan status kawasan hutan dari kebun-kebun sawit petani dan akan memberikan bantuan modal untuk peremajaan sawit. Menurutnya, satu sisi kebijakan presiden ini bertentangan dengan hukum karena sawit bukan tanaman hutan.

"Setiap perbuatan orang atau badan usaha yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan hutan adalah perbuatan pidana. Ironis sekali ketika sebuah perbuatan pidana dapat diampuni, bahkan diberi bantuan modal, tetapi perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai konservasi dan sistem kehutanan Indonesia malah dikebiri hak-hak rakyatnya,” kata Bekmi.

Oleh sebab itu, lembaga Elsaka, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak, dan beberapa organisasi masyarakat sipil lain di Sumut meminta Presiden Jokowi memerintahkan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan segera mengeluarkan status kawasan hutan dari Tombak Hamijon milik rakyat.

"Massa petani kemenyan akan mendatangi Presiden Jokowi saat meresmikan Bandara Silangit pada 28 Oktober nanti untuk menyampaikan langsung tuntutannya," tegas dia.

Baca juga : Temui Jokowi, Ulama Jamiyah Batak Muslim Usul Pergantian Nama Bandara Silangit

Areal tombak hamijon yang akan diusulkan kepada presiden adalah Desa Siempatrube 4, Kecamatan Siempatrube, Kabupaten Pakpak Bharat seluas 1.900 hektar yang masuk kawasan hutan produksi. Lalu Desa Banuaji 4, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara dengan luas areal 1.695 hektar di kawasan hutan lindung.

Kemudian Desa Karing, Kecamatan Brampu, Kabupaten Dairi memiliki 384 hektar di kawasan hutan produksi dan Desa Lumbandolok (Sigompulon), Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara, dengan luas areal 1.700 hektar di kawasan hutan lindung.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com