Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencong, "Aceh Pungoe", dan Islam

Kompas.com - 20/10/2017, 08:17 WIB
Masriadi

Penulis

KOMPAS.comRencong Aceh terkenal sebagai senjata pamungkas sejak era Kerajaan Samudera Pasai. Namun, lebih populer di era Kerajaan Aceh Darussalam. Pernyataan itu disampaikan Ketua Laboratorium Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Husaini Ibrahim, Rabu (6/9/2017).

“Era Kerajaan Aceh Darussalam itu bahkan ada undang-undangnya. Ada 21 perintah sultan saat itu, salah satunya memerintahkan agar seluruh rakyat menggunakan rencong saat berpergian,” sebut Husaini.

Dampaknya, sambung Husaini, rencong bukan lagi menjadi senjata untuk kebesaran istana. Namun juga menjadi senjata yang sering terlihat disampir pinggang pria dewasa Aceh.

“Rincong (rencong) ini pakaian kebesaran sultan. Namun, karena ada undang-undang itu rencong semakin merakyat, digunakan kapan saja, di mana saja, ke sawah pun bawa rencong, itu lumrah saja,” terang Husaini.

Baca juga: Rencong, dari Simbol Kewibawaan Menjadi Cendera Mata

Dia menyebutkan, saat Belanda mulai memasuki Aceh, rencong sempat dilarang oleh pejabat kolonial. Pasalnya, kasus-kasus penikaman marsose (prajurit Belanda) kerap terjadi saat itu. Dan, penikaman itu dilakukan oleh rakyat yang anti kolonial dengan menggunakan rencong.

Karena tindakan itu lah, sambung Husaini, Belanda melabelkan masyarakat Aceh dengan sebutan Aceh Pungoe (Aceh gila). Keberanian rakyat Aceh menikam Belanda hanya dengan senjata tradisional itu dianggap sebagai kegilaan. Sebaliknya tentara Belanda berani dengan rakyat Aceh lengkap dengan senapan.

“Karena itulah Belanda melarang rakyat bawa rencong. Semua dirazia. Kalau ditangkap, dampaknya bisa bahaya sekali, habis rakyat itu dihukum sama Belanda,” terangnya.

Perbedaan rencong yang digunakan oleh rakyat biasa dengan para pembesar kesultanan dan kaum kaya Aceh adalah pada bahan bakunya. Jika rakyat, lazimnya menggunakan besi biasa. Namun, jika sultan dan pengusaha kaya, menggunakan gading gajah pada gagangnya, bahkan ada yang dibalur emas.

Baca juga: Kisah Sungkowo, Perajin Keris Generasi ke-17 Empu Kerajaan Majapahit

“Tidak jarang dulu itu kita temui rencong dibalur emas, ada juga yang dari tembaga, perak dan lain sebagainya. Ini menunjukan prestise identitas penggunanya. Kalau rakyat biasa, ya bahan baku rencongnya besi biasa saja," sebutnya.

Namun, soal fungsi, sambung Husaini, semua itu mengacu pada senjata untuk melumpuhkan lawan. “Misalnya rencong yang mencungnek, itu agar mudah mencabut rencong ketika telah ditikam ke lawan. Semua jenis itu tujuannya agar mudah digunakan saja. Tak ada tujuan lain,” katanya.

RencongKompas.com/Masriadi Rencong

Unsur Islam

Secara filosofis, kata Husaini, model rencong mengandung unsur keislaman yang kental. Hal itu sejalan dengan prinsip kerajaan Aceh dengan menganut sistem pemerintahan Islam.

“Lihat saja bentuknya. Itu dapat ditafsirkan bahwa mengandung makna bismillah. Di sana mencerminkan huruf hijaiyah ba, sin, dan lam. Itu maknanya bismillah sesungguhnya. Sejauh pengetahuan saya begitu,” ucap dia.

Perubahan penggunaan senjata tradisional itu menjadi suvenir, sambung Husaini terjadi era 1945, setelah Indonesia merdeka. Ketika pejabat negara mengunjungi Keresidenan Aceh saat itu, salah satu suvenir yang diberikan adalah rencong. Dari situlah, rencong dijadikan suvenir.

Namun, Husaini menyayangkan literatur soal rencong sangat langka di tanah air. Dia menyebut hanya dua penulis dan penikmat sejarah yaitu Teuku Harun Keuchik Leumik dan almarhum Tgk Samsuddin yang pernah menulis soal rencong.

“Ada baiknya, ini pemerintah mendanai penulisan sejarah. Agar generasi kita tahu bahwa rencong itu pernah sangat fenomenal di bumi nusantara ini,” sebutnya.

Baca juga: "Kujang Itu Simbol Kedaulatan Sebuah Negara..."

Untuk melestarikan rencong, dia menyarankan pemerintah membantu para perajin rencong dengan memodernisasi peralatan yang digunakan. Mereka, kata Husaini perlu dilatih agar bisa terus menghasilkan kreasi rencong modern.

“Ini perlu campur tangan pemerintah, agar terus lestari. Tidak bisa dilepas begitu saja pada perajin,” pungkasnya.

Kompas TV Presiden Jokowi Resmikan Museum Keris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com