Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2017, 18:20 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Langit Desa Sambi tidak terlalu cerah, Selasa (17/10/2017) pagi. Hujan semalaman masih menyisakan mendung yang menutupi sinar matahari. Jalanan pun berkubang lumpur tanah merah.

Namun, sesuai dengan jadwal pada pukul 07.00 WIB, belasan tentara penerjun sudah menghias langit desa di pelosok Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, itu.

Sekelompok siswa SMP Satu Atap, jenjang pendidikan tertinggi yang ada di desa itu, serta-merta berlari meninggalkan sekolah menuju arena pendaratan pasukan payung itu.

Lokasi pendaratan di Monumen Tugu Pasukan Payung Pertama Palagan Sambi hanya berjarak 300 meter dari sekolah itu. Ratusan orang pun sejak pagi sudah menanti kedatangan pasukan payung yang berasal dari Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU yang dijemput dari Yogyakarta itu.

Sebanyak 20 penerjun lalu mendarat mulus di arena monumen disambut tepuk tangan dari warga yang menonton.

Acara ini digelar secara khusus sebagai bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-70 Paskhas di Yogyakarta sekaligus sebagai pengingat sejarah bahwa desa ini menjadi lokasi penerjunan pertama kalinya pasukan TNI Angkatan Udara pada 17 Oktober 1947.

Tanggal itu kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Paskhas yang dulunya bernama Pasukan Gerak Tjepat (PGT) TNI AU.

(Baca juga: Di Desa Ini, TNI AU Terjunkan Pasukan Khusus untuk Pertama Kalinya)

Dalam buku "Tjilik Riwut Berkisah Aksi Kalimantan dalam Tugas Operasional Militer Pertama Pasukan Payung Angkatan Udara Republik Indonesia" yang ditulis Nila Riwut, inisiatif penerjunan pertama disebutkan datang dari Gubernur pertama Kalimantan, Mohammad Noor.

Usul tersebut disampaikan di Yogyakarta, ibukota RI saat itu, pada Kepala Staf AU Soerjadarma lantaran wilayah Kalimantan telah diblokade NICA sehingga sulit bagi pejuang di Jawa untuk berhubungan dengan pejuang Indonesia di Kalimantan.

Lalu ditunjuklah Tjilik Riwut sebagai komandan pasukan penerjun yang bersandi MN1001 itu. Tjilik merupakan pejuang asal Kalimantan Tengah dan 13 peterjun dalam pasukan itu juga sebagian besar berasal dari Kalimantan. Sebagian lagi dari Pulau Jawa.

Mereka adalah Kapten Hari Hadisoemantri (asal Semarang), Letda Iskandar (Sampit), Serma Kosasih (Barito), Kapten FM Soejoto (Ponorogo), Bachri (Barabai), J Bitak (Kelapa Baru-Kalimantan), C Willem (Kuala Kapuas), Imanuel Nuhan (Kahayan Hulu), Mika Amirudin (Kahayan Hulu), Ali Akbar (Balikpapan), Letda M Dachlan (Sampit), JH Darius (Kasongan), dan Marawi (Rantau Pulut).

Kolonel Pas Ari Ismanto, Komandan Wing 2 Paskhas TNI AU yang menjadi Ketua Rombongan Penerjunan dalam rangka HUT ke-70 Paskhas, menyatakan, penerjunan pada tahun 1947 itu bukan hanya sejarah Paskhas.

"Palagan Sambi bukan hanya milik Paskhas. Penerjunan di Sambi simbol perjuangan Kalimantan Tengah dalam mempertahankan kemerdekaan," ucapnya, Selasa.

Tak seperti penerjunan hari ini yang disambut tepuk tangan dan sorak-sorai, 13 penerjun pertama RI pada 70 tahun lalu mendarat di rimba belantara Kalimantan.

Penerjunan meleset sekitar sepuluh kilometer dari Lapangan Sepanbiha di wilayah Kabupaten Seruyan saat ini sehingga mereka harus bergerilya menghindari pencarian pasukan NICA, hingga mereka tertangkap. Tiga di antaranya, Iskandar, Hadisoemantri, dan Kosasih gugur di medan laga.

Masih terpencil

Namun, ada satu hal yang masih sama antara Sambi di era perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan era saat ini. Desa yang berjarak sekitar 150 kilometer dari Pangkalan Bun ini masih sangat terpencil dengan infrastruktur jalan yang buruk, tanpa aliran PLN, kesulitan air bersih, dan tanpa sinyal seluler.

"Yang kami butuhkan saat ini, jalan, listrik, air, dan sinyal telepon," kata Yulia, warga setempat, yang sehari-harinya diserahi tugas merawat monumen di desanya itu.

"Selain infrastruktur jalan, kami juga minta agar monumen ini dibangun lebih bagus, lebih megah, sehingga bisa jadi tempat tujuan wisata, dan meningkatkan perekonomian desa ini," kata Kholidin, kepala desa setempat.

 

 

Kompas TV Mimpi Narapidana Lukis Sosok Jokowi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com