Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badik, antara Fakta dan Mitos

Kompas.com - 17/10/2017, 08:32 WIB
Abdul Haq

Penulis

GOWA, KOMPAS.com - Berbicara tentang suku Makassar yang bermukim di wilayah selatan Provinsi Sulawesi Selatan maka tak terlepas dari senjata khas yang disebut dengan badik oleh warga setempat. Badik sendiri memiliki beragam bentuk begitu pun dengan badik Makassar yang memiliki ciri tersendiri.

Terlepas dari bentuk secara fisik, badik bagi masyarakat setempat juga memiliki masing-masing kekuatan tersendiri berdasarkan guratan pada besi yang disebut pamoro yang terdapat pada senjata khas tersebut.

Badik Makassar sendiri terdiri dua jenis yakni Taeng dan Panjarungang. Hal ini Berdasarkan tempat dimana badik ini ditempa. Secara fisik antara Taeng dan Panjarungang tampak sama kecuali bagian bawah atau perut. Taeng memiliki ciri khas memiliki perut yang lebar atau mirip dengan perut buncit, sementara Panjarungang memiliki perut yang tidak terlalu buncit.

"Kalau bicara badik Makassar maka cuma ada dua jenis yaitu Taeng dengan Panjarungang dan kedua jenis ini memiliki hubungan sejarah sehingga harus ditempa dari dua tempat yang berbeda," kata Muis Daeng Gading (70) salah seorang tetua yang bermukim di Lambaselo, Sungguminasa, Kabupaten Gowa.

Baca juga: Tikam Kanit Reskrim dengan Badik, Preman Tewas Diberondong Peluru

Taeng sendiri merupakan nama sebuah kampung di mana badik ini secara awal mula ditempa dan diproduksi secara massal. Taeng saat ini berada di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Sementara Panjarungang saat ini adalah nama sebuah Dusun di Desa Massamaturu, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.

Konon badik Taeng dikenal ganas dan haus darah dan dikenal harus menyentuh darah jika dalam perkelahian badik Taeng ini terhunus dari sarungnya. Dan yang mampu menjinakkan Taeng ini hanya Badik jenis Panjarungang.

"Memang faktanya begitu yang bisa menjinakkan Taeng kalau mengamuk hanyalah Panjarungang," kata Nasir Daeng Limpo (57) salah seorang kolektor senjata pusaka di Kabupaten Gowa.

Sementara bahan pembuatan Badik ini sendiri beragam tergantung dari usia senjata tersebut. Menurut penuturan beberapa warga  awal mula pembuatan badik beragam ada yang berasal dari busa air yang dan ada pula yang terbuat dari batu. Dari kedua bahan ini dibuat badik oleh Pade'de atau empu yang memiliki kekuatan magis. Sehingga hasilnya badik tersebut memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri. Di antaranya, menurut Nasir, beberapa warga masih ada yang memiliki badik yang bisa mengapung di air.

"Badik yang mengapung itu dibuat dari busa air sungai makanya mengapung kalau diceburkan ke air tapi yang membuat ini adalah orang-orang terdahulu yang memiliki kekuatan magis," kata dia.

Sementara badik zaman sekarang yang ditempa oleh pandai besi berbahan dasar besi. Meski demikian, setiap penempa besi masih sangat merahasiakan ramuan yang mereka larutkan saat menempa besi untuk dibuat badik.

Menurut kepercayaan suku Makassar badik memiliki kegunaan atau khasiat yang diketahui dari corak arau guratan pada badik tersebut. Umumnya para petani menyukai badik yang memiliki guratan seperti daun padi yang disebut dengan "Pamoro Leko Ase".

Baca juga: Badik Kuno Dihargai Rp 350 Juta

Sementara guratan yang paling digandrungi oleh kalangan pemuda adalah badik yang memiliki guratan yang saling berhadapan atau dikenal dengan "Pamoro Assikodoi"

Pamoro Leko Ase dipercayai memiliki khasiat menyuburkan tanaman jika sang petani membawa badik tersebut saat menabur bibit atau menanam tanaman. Sementara Pamoro Assikodoi dipercaya mampu mengubah sikap bagi pemiliknya untuk berjiwa petarung namun enteng rezeki bahkan enteng jodoh.

Meski demikian setiap badik dipercaya juga mampu membawa sial bagi pemiliknya jika badik tersebut tidak sesuai dengan ukuran pemiliknya.

Sementara Dwia Aries Tina Pulubuhu menyebutkan, bagi masyarakat Sulawesi Selatan badik adalah identitas diri bagi kaum pria dan mencabut badik dari sarungnya berarti tuannya telah siap mati dalam membela apa yang mereka anggap benar.

"Badik adalah identitas kelelakian bagi suku Bugis - Makassar makanya zaman dulu kemanapun pergi maka badik tetap terselip dipinggang dan melucuti badik sama dengan melucuti identitas kelelakiannya namun demikian mencabut badik bukanlah sembarangan melainkan hanya untuk beberapa hal seperti menegakkan Siri' (hukum adat), bertahan jika diserang, melindungi harkat perempuan dan membela pemimpin atau pun negara," papar Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) ini.

Baca juga: Rencong, dari Simbol Kewibawaan Menjadi Cendera Mata

Kompas TV Mahasiswa Asing Pelajari Cara Buat Keris di Solo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com