Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kujang Itu Simbol Kedaulatan Sebuah Negara..."

Kompas.com - 16/10/2017, 11:37 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

KOMPAS.com - Jika bertanya apa senjata khas dari daerah Jawa Barat‎, sudah barang tentu orang akan menyebut kujang. Namun ternyata, berdasarkan hasil penelitian dari budayawan sunda sekaligus kolektor benda pusaka Budi Dalton, kujang dalam berbagai literatur kesundaan tidak pernah disebut sebagai senjata.

Budi menjelaskan, pemahaman masyarakat tentang kujang sebagai senjata harus diubah. Menurut dia, kujang memiliki nilai yang lebih tinggi dari sekadar senjata.

"‎Kujang itu adalah simbol kedaulatan sebuah negara. Yang disebut pakarang atau senjata itu bedog (golok) Saya mempertahankan satu argumen bahwa kujang adalah simbol atau pusaka bukan pakarang‎," kata Budi kepada Kompas.com.

Alasan lainnya Budi mengatakan, kujang tidak disebut senjata karena ‎bentuknya yang penuh estetika namun jauh dari bentuk ergonomis sebuah senjata. Bahkan dalam beberapa literatur kesundaan yang dipelajarinya, Budi sama sekali tidak mendengar kujang digunakan untuk perang. Kalau pun dibawa, kujang hanya untuk menunjukan kasta seseorang dalam perang.

Baca juga: Kujang Naga Lubang 9, Pilihan Presiden Jokowi

"‎Coba saja diadukan bedog (golok) dengan kujang. Pasti kujang kalah, da kujang mah ga enakeun (karena kujang tidak nyaman). ‎ Kalau kata orang senjata, sangat tidak ergonomis. Mau dipakai ngadek (memotong) kayu enggak bisa, mau buat nusuk gimana nusuknya, mau ngupas bawang juga enggak bisa. Maka dari itu mengapa kujang penuh estetika karena itu adalah simbol," tuturnya.
 
"Yang diperlukan sekarang kita mengakui kembali eksistensi kujang dulu, tidak usah jauh-jauh ke nilai. Kujang ini ada sebagai simbol, kujang itu pusaka. Hilangkan pandangan kujang senjata agar mengubah mindset orang," sambungnya.‎

Terlalu panjang jika ingin mengetahui lebih dalam terkait nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sejarah kujang. Namun menurut penelitian Budi, kujang dahulu kala merupakan simbol kejayaan sebuah negara ‎bernama Kerajaan Pajajaran yang konon kekuasaannya meliputi seluruh nusantara.

"‎Ketika kita memahami tatanan negara lama ada yang disebut Tritangtu yakni Rama, Ratu, dan Resi. Kujang ini simbol karatuan ‎atau keraton atau negara atau presiden‎," ucap dia.

‎‎Baca juga: Jokowi: Anak Muda Kita Sekarang Lebih Senang Gawai Dibandingkan Keris

Budayawan Sunda Budi Dalton menunjukkan kujang naga lubang sembilan pilihan Presiden Joko Widodo saat Karnaval Kemerdekaan Pesona Parahyangan 26 Agustus 2017 lalu.  KOMPAS.com/Putra Prima Perdana. Budayawan Sunda Budi Dalton menunjukkan kujang naga lubang sembilan pilihan Presiden Joko Widodo saat Karnaval Kemerdekaan Pesona Parahyangan 26 Agustus 2017 lalu.
Budi menyebutkan, kujang sebagai simbol kedigdayaan negara Pajajaran mulai hilang setelah tahun 1579 Masehi, yakni saat Kerajaan Pajajaran runtuh.  "‎Kesimpulan itu lewat beberapa penelitian bahwa tidak ditemukannya produk kujang pasca 1600 masehi. Kalau kembali ke sejarah, semua menyatakan dalam babad bahwa runtagna (runtuhnya) pajajaran di talaga 1578," ucapnya.

‎Pasca runtuhnya Kerajaan Pajajaran lanjut Budi, orang-orang terdahulu pun akhirnya menyimpan dan menyembunyikan kujang. Bahkan, sejak saat itu pula kujang tidak pernah muncul dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial.

"‎Pada saat dinyatakan Pajajaran runtuh di 1578, semenjak itu juga kujang tidak ‎ada di dalam seremmonial atau apapun karena dianggap eksistensi atau kedaulatan sebuah negara sudah tidak ada. Semenjak itu pula kujang jadi benda pusaka," kata salah seorang seniman Bandung ini.

"Kalau kita main ke kabuyutan atau tempat-tempat lama atau ketemu orangtua dan kita mau lihat kujang, kita harus ngobrol lama sampai dalam baru diliatin itu kujang ‎walaupun cuma sebentar kemudian dibungkus lagi kain putih. ‎Mereka paham ‎buat apa ditunjukin karena (Pajajaran) sudah tidak daulat lagi. Karena ini mah simbol kedaulatan‎," tambah dia.

Hingga akhirnya pada saatu dekade ke belakang eksistensi kujang mulai kembali dimunculkan oleh budayawan sunda serta pemerhati benda pusaka yang mulai mengidentikkan kujang dengan Jawa Barat atau Sunda.

"‎Maka dari itu pada saat kujang mau muncul lagi memang tantangannya berat karena‎ ini berkaitan dengan kondisi eksistensi kedaulatan sebuah negara. Risikonya tinggi. Mungkin banyak orang tidak setuju kalau melihat tatanan lama. Kalau sekarang sebetulnya hanya menggali nilai-nilai kesejarahan bukan artinya negara harus dipegang oleh orang sunda. Tapi ada yang mengkhawatirkan seperti itu," sebut dosen pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung ini.

Padahal sebut Budi, kemunculan kujang justru ingin menunjukan kedaulatan NKRI dari sisi kebudayaan asli. "Berarti nilai-nilai ini sudah mulai digali lagi ‎dan mereka sudah paham kalau kita butuh kedaulatan dari sisi budaya. Dalam hal ini budaya sunda ingin memperlihatkan lagi eksistensinya bahwa kujang ini masih ada," ungkapnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com