Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tutup Transportasi Online Harus Memenuhi Dua Unsur Ini

Kompas.com - 12/10/2017, 08:32 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Penolakan keberadaan transportasi online tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja. Di Kota Magelang, Jawa Tengah, juga demikian.

Sejak Juli 2017 lalu, awak angkutan umum konvensional setempat sudah melayangkan protes ke Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang. Mereka menuntut ketegasan pemkot untuk menertibkan transportasi berbasis aplikasi tersebut karena telah merugikan pendapatan mereka.

Awak angkutan umum yang tergabung dalam Forum Komunikasi Awak Angkutan Magelang (Forkam) melihat transportasi online masih beroperasi di wilayah Kota Magelang dan sekitarnya. Padahal, pemkot tidak memberikan rekomendasi pada izin operasional transportasi tersebut.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kota Magelang, Catur Budi Fajar, menyatakan sampai saat ini masih dalam pembahasan bagaimana bentuk penertiban yang dimaksud. Sebab, transportasi online beroperasi dengan aplikasi yang sudah tersistem di telepon pintar.

"Mereke beroperasi pakai aplikasi. Sementara kita tidak bisa menutup aplikasi begitu saja. Pemerintah bisa menutup aplikasi apabila mengandung unsur SARA dan pornografi. Sedangkan aplikasi transportasi, tidak memenuhi dua unsur tersebut," tutur Catur, Rabu (11/10/2017)

Pihaknya memahami apa yang dikeluhkan oleh para awak angkutan konvensional, begitu pun dengan pengemudi transportasi online. Dia meminta agar kedua belah pihak tetap menjaga kondusivitas Kota Magelang, sementara pemkot merumuskan langkah kebijakan yang tepat.

"Keinginan Forkam jelas menghendaki transportasi online tidak ada di Kota Magelang. Kalau persoalan operasional, sudah ada rekomendasi pemkot yang tidak mengizinkan. Nah, Satpol PP sebagai penegak perda juga baru merumuskan. Termasuk berkoordinasi dengan kepolisian juga," terangnya.

Baca juga: "Kami Tolak Transportasi Online"

Sementara ini, lanjutnya, kemungkinan akan dibuat zona-zona tempat transportasi online boleh dan tidak beroperasi. Langkah ini diharapkan menjadi solusi bagi kedua belah pihak.

"Di daerah mana pun pasti terjadi benturan awalnya, sebelum kemudian berjalan beriringan. Pekalongan sempat geger, mereka berkunjung ke sini (Kota Magelang) untuk mempelajari persoalan ini. Tinggal bagaimana nanti kedua belah pihak ini mau tidak duduk bersama untuk diskusi mencari titik temu," katanya.

Dwi Yoko, wakil koordinator paguyuban pengemudi salah satu ojek online (Go-Jek) Kota Magelang menjelaskan, desakan penertiban semestinya tidak perlu berlebihan. Karena, transportasi online memiliki segmentasi pasar sendiri, berbeda dengan angkutan konvensional.

Bahkan dia menyebut, transportasi online lebih banyak beroperasi sebagai jasa pengantar makanan (Go-Food) dibanding mengantar penumpang (Go-Ride).

"Segmentasi kami dengan angkot berbeda. Pelanggan kami sekitar 80 persen (di Kota Magelang) memanfaatkan jasa Go-Food, sisanya Go-Ride," ucapnya.

Dia juga menyatakan tarif angkutan umum justru lebih murah, hanya Rp 2.000 sekali jalan, dibanding ojek online yang tarif minimalnya Rp 8.000. Jadi menurutnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan keberadaan transportasi online, karena keduanya bisa saling berdampingan.

Kompas TV Kementerian Perhubungan baru akan melakukan diskusi, dengan pelaku usaha transportasi konvensional dan online pada 17 Oktober mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com