Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembalikan Aroma Khas Kopi Dampit Asal Malang

Kompas.com - 12/10/2017, 08:08 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com – Sejak masa penjajahan Belanda, Kabupaten Malang, khususnya Kecamatan Dampit bagian selatan merupakan daerah penghasil kopi.

Kontur tanah yang cocok dengan letak georgrafis yang sesuai, yakni berada di ketinggian 500 hingga 600 meter dari permukaan laut (Mdpl), tanaman kopi di daerah itu masih bertahan hingga sekarang.

Data yang  ada di Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang  menunjukkan, pada tahun 2016, Kecamatan Dampit mampu menghasilkan biji kopi sebanyak 2.280 ton dengan luas areal pekebunan mencapai 3.373 hektar.

Disusul oleh Kecamatan Tirtoyudo yang menghasilkan biji kopi sebanyak 1.949 ton biji kopi, Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang menghasilkan 1.758 ton biji kopi dan Kecamatan Ampelgading yang menghasilkan 1.133 ton biji kopi.

Total, luas areal tanaman kopi di Kabupaten Malang mencapai 14.948 hektar. Tersebar di 30 kecamatan dan menghasilkan 9.613 ton biji kopi per tahun. Semuanya, kopi yang dihasilkan adalah varietas robusta.

Namun ada juga daerah yang menghasilkan kopi varietas arabika. Seperti di Kecamatan Poncokusumo yang menghasilkan 179 ton biji kopi per tahun, Kecamatan Tirtoyudo yang menghasilkan 176 ton biji kopi, Kecamatan Pujon yang menghasilkan 126 ton biji kopi dan Kecamatan Ampelgading yang menghasilkan 122 ton biji kopi.

Luas lahan untuk kopi varietas arabika jauh lebih sedikit dibanding dengan kopi varietas robusta. Total, luas lahan untuk kopi varietas arabika hanya 1.270 hektar. Tersebar di delapan kecamatan dan menghasilkan 616 ton biji kopi per tahun.

Aroma dan cita rasa yang terbuang

Tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali tanaman kopi masuk ke Kabupaten Malang. Namun, dilihat dari bekas bangunan yang masih tersisa, tanaman kopi di Kabupaten Malang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1800-an. Ketika itu, tanaman kopi merupakan komoditas tanaman yang kebanyakan dikelola oleh perusahaan perkebunan milik Belanda.

“Di sana (Kecamatan Dampit) ada bekas bangunan Belanda yang masih tersisa. Ada saluran air yang digunakan untuk trasportasi kopi,” kata Menel, salah satu pegiat kopi di Kabupaten Malang saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa lalu (11/4/2017).

Menurutnya, perkebunan kopi milik Belanda di Kabupaten Malang pertama kali ada di Kecamatan Dampit bagian selatan. Sementara pabriknya berdiri di pusat kecamatan. Untuk mengangkut cherry kopi yang baru dipetik itu, Belanda membangun gorong-gorong, kemudian cherry kopi itu dihanyutkan bersama air yang mengalir di dalam gorong-gorong itu.

“Kopi langsung sampai ke pabriknya. Mungkin, kalau pakai jasa angkut warga, khawatir kopinya dibawa pulang,” katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com