Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Pasar Inai di Pedalaman Kalimantan Utara yang Hanya Diisi Ibu-ibu Tua

Kompas.com - 09/10/2017, 11:40 WIB
Kontributor Samarinda, Gusti Nara

Penulis

SAMARINDA, KOMPAS.com - Terletak di pedalaman Kalimantan Utara (Kaltara), Kabupaten Malinau memiliki banyak kearifan lokal yang datang dari adat istiadat warganya. Salah satunya adalah Pasar Inai, sebuah pasar tradisional yang khusus menjual bahan pangan hasil hutan dan pertanian khas Kabupaten Malinau.

Kepala Bidang Statistik, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Aan Hartono mengatakan, Pasar Inai merupakan pasar khusus di Malinau. Pasar tersebut hanya diisi para penjual perempuan yang sudah berumur dan umumnya ibu-ibu.

“Kenapa namanya Pasar Inai, karena penjualnya semua ibu-ibu. Inai itu artinya ibu. Pasar itu terbentuk dengan sendirinya, dan kini dibesarkan oleh Bupati Malinau Bapak Yansen,” kata Aan, Senin (9/10/20170.

Terletak di pinggiran Sungai Sesayap di Desa Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat, pasar tersebut hanya buka dua kali selama seminggu, yaitu hari Selasa dan Jumat pagi. Berbagai bahan makanan hasil hutan dan pertanian ditawarkan, seperti sayuran, buah, beras, dan bahan makanan lainnya khas masyarakat Dayak Kabupaten Malinau.

“Jadi yang dijual memang khas, rata-rata hasil pertanian dan hasil hutan. Bahkan banyak inai yang datang dari pedalaman untuk ikut berjualan di pasar itu,” sebutnya.

Baca juga: Asa di Balik Kongres Dayak Internasional

Menurut Aan, pasar ini merupakan salah satu wujud kearifan lokal masyarakat di sana. Proses produksi barang yang dijual mengadopsi gagasan dan nilai-nilai lokal setempat yang diwariskan secara turun-temurun. Pertanian sayuran, buah-buahan dan beras dihasilkan dari perkebunan maupun perladangan secara organik.

“Ada beberapa bahan makanan yang tidak akan bisa kita jumpai di pasar lain namun dapat temukan di Pasar Inai, seperti Umbut Bau, Umbut Talang, Bawang Rambut,Bawang Dayak, Daun Singkong Tumbuk, Sayur Belusut, Payang, Lemang, Ikan Pelian, Ikan Seluang dan masih banyak lagi,” ujarnya.

Diungkapkan Aan, Pasar Inai memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Menurutnya, jumlah pedagang di Pasar Inai diisi 105 orang. Rata-rata modal para pedagang sebesar Rp 481.750, dengan omzet rata-rata Rp 772.500 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 288.250.

“Perputaran uang di Pasar Inai dalam sekali melapak sebesar Rp 81.112.500. Artinya dalam sebulan diperkirakan ada uang beredar di Pasar Inai sebanyak Rp 648 juta. Nilai yang sangat besar dalam sebuah ekonomi tradisional,” sebutnya.

Baca juga: Sidang Adat Dayak, Perwira TNI AU Didenda 2 Guci Antik dan 15 Belanga

Pasar Inai melahirkan nilai budaya dan hasil ekonomi yang baik. Diharapkan, pasar tersebut, tetap bertahan di tengah pergeseran modernisasi.

“Perputaran ekonomi di pasar tersebut sangat bagus, pedagang tidak perlu modal besar tapi penghasilnan lumayan. Model ekonomi kecil ini bergerak dan memberikan keuntungan besar, walau daya beli masyarakat bergeser pada pasar online,” pungkas Aan.

Kompas TV Alunan musik dan tarian adat Dayak menyambut Wakil Presiden Jusuf Kalla, setibanya di Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com