Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

89 Desa di Perbatasan RI-Malaysia Akan Jadi Desa Beras Organik

Kompas.com - 09/10/2017, 08:55 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian dan Universitas Mulawarman meneliti areal sawah penghasil beras organik di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Lahan persawahan di 89 desa di Kecamatan Krayan tersebut nantinya akan mendapat sertifikasi lahan organik untuk menjadi desa organik.

Camat Krayan Induk, Helmi Pudaaslikar mengatakan, penerapan sistem organik telah dilakukan masyarakat Krayan dari sejak nenek moyang mereka bertanam padi adan. Melalui kelompo tani yang ada, masyarakat Krayan melarang masuknya pupuk maupun pestisida kimia.

“Kita melakukan pelarangan masuknya bahan bahan yang mengandung zat-zat kimia yang bisa mengkontaminasi tanah dan unsur hara yang ada. Kita juga lakukan kontrol terhadap sistem budidaya, sistem pemanfaatan air termasuk pasca-panen,” ujarnya, Senin (9/10/2017).

Helmi Pudaalikar menambahkan, pemerintah melalaui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) pada tahun 2012 mengeluarkan Sertifikat Indikasi Geografis terhadap beras adan Krayan dengan nomor ID G 000000013. Cara bercocok tanam organik petani Krayan merupakan kekayaan intelektual masyarakat d wilayah perbatasan tersebut.

Sebelumnya, Pemerintah Malaysia sempat mengklaim beras adan merupakan hasil produksi petani mereka.

“Bahkan IPB sudah ada demplot khusus untuk penelitian pengembangan tapi juga tidak jadi. Di Malinau bisa tumbuh dan berbuah, tapi rasanya juga tidak sama dengan beras yang ada di Krayan,” imbuh Helmi.

Baca juga: 13 Ton Beras Organik Asal Tasikmalaya Dikirim ke Italia

Meski 89 desa penghasil padi organik di Kecamatan Krayan telah mendapat rujukan untuk menjadi deda organik, namun Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan sendiri hingga saat ini belum memberikan payung hukum, baik melalui peraturan bupati maupun peraturan daerah terkait budidaya padi secara organik tersebut.

Padahal dengan adanya aturan tersebut pengembangan system bercocok tanam secara organic akan lebih terarah kaena mendapat pembinaan dari pemerintah daerah. “Pembinaan juga akhirnya harus menjadi komitmen pemerintah daerah bagaimana mendorong ini supaya terus organik dilakukan pembinaan. Kelompok kelompok tani misalnya yang tidak komit dengan tahapan tahapan organik akan dicabut pembinaannya oleh pemerintah,”ucap Helmi.

Di Kecamatan Krayan saat ini luasan lahan sawah padi organik mencapai sekitar lebih dari 3.000 hektar dengan volume produksi tiap tahun mencapai lebih dari 8.500 ton.

Baca juga: Jokowi Sumbang Beras Hingga Buku Cerita untuk Pengungsi Gunung Agung

Melalaui Nawacita, Presiden Jokowi mencanangkan 1.000 desa organik pada tahun 2019 mendatang. Kabupaten Nunukan nantinya akan menyumbang 89 desa yang menerapkan sistem bertanam padi secara organik dalam program tersebut.

Kompas TV Satu bulan setelah resmi dirilis, penerapan harga eceran tertinggi alias HET beras masih sulit diterapkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com