Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Wukirsari Gunungkidul Manfaatkan Gas Sampah untuk Memasak

Kompas.com - 06/10/2017, 16:58 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sejak pemerintah mengonversi minyak tanah ke gas, seringkali masyarakat kehabisan stok elpiji. Bahkan warga rela membayar lebih dari harga eceran tertinggi.

Namun hal itu tidak berlaku bagi puluhan warga di Dusun Wukirsari, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.

Warga di sana memanfaatkan bahan bakar atau biogas dari tumpukan sampah di Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPAS) yang berada di dusunnya.

Ditemui di rumahnya Jumat (6/10/2017) pagi, Rubinem (68), salah satu warga Dusun Wukirsari, baru selesai menumis sayuran untuk disantap bersama suaminya sepulang dari ladang.

Dia memasak menggunakan kompor berbentuk bulat dengan sumber api biogas yang dihasilkan dari TPAS.

Api berwarna biru keluar setelah dirinya memantik menggunakan korek api, karena pematik api di kompornya sudah tidak ada.

"Setiap hari menggunakan ini (biogas), apinya seperti gas biasa (elpiji)," katanya.

Pipa putih yang digunakan untuk mengaliri biogas masuk melalui sela dinding dapur yang terbuat dari anyaman bambu.

Baca juga: ?Pakai Biogas Ini, Nasi Ketupat Matang Sempurna, Nasi Biasa 20 Menit?

Rubinem mengaku dengan adanya biogas sejak tahun 2016 cukup membantu dirinya. Ia pun bisa berhemat uang belanja.

Apalagi, setelah ia mengalami kaki patah akibat terjatuh saat mencari sampah, praktis perekonomian keluarga hanya ditopang oleh sang suami.

"Uang beli gas bisa untuk keperluan lainnya," ujarnya.

Namun demikian, jika musim hujan tiba, Rubinem tidak bisa memanfaatkan biogas karena pipanya terisi air. Ia pun terpaksa menggunakan gas elpiji.

Setiap bulan untuk perawatan biogas, ia bersama warga lainnya ditarik Rp 10.000, jauh lebih murah dari harga gas 3 kilogram Rp 20.000 per tabung yang hanya bisa digunakan untuk 10 hari.

"Kalau musim penghujan menggunakan kayu bakar yang disimpan itu, kalau pas punya uang ya beli gas melon," tuturnya sambil menunjukkan tumpukan kayu bakar di dapurnya.

Petugas Operator Biogas TPAS Wukirsari, Rusdiyanto mengakui gas yang dihasilkan tumpukan sampah dari TPAS digunakan untuk 41 kepala keluarga sering mengalami kendala saat musim hujan, karena gas yang dihasilkan juga menurun.

Baca juga: Belajar Mengelola Sampah, Bupati Kendal Bakal ke Korea

Sampah yang masuk ke TPAS setiap harinya antara 130 hingga 140 meter kubik. Untuk menghasilkan biogas harus memiliki kelembaban tertentu, dan saat musim penghujan hal itu sulit tercapai.

"Kami ada 11 petugas yang berjaga agar gas lancar," katanya.

Dijelaskannya, saat ini ada 41 keluarga yang memanfaatkan biogas, naik dari tahun 2016 yang hanya 21 keluarga.

Kompas TV Komunitas La Trucyclerie Ubah Sampah Organik Jadi Pupuk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com