Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Polisi Harus Antar Kembali Suami Saya dalam Keadaan Hidup"

Kompas.com - 05/10/2017, 08:30 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Tangis Berta Masaubat pecah saat berada di depan kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Titus Uly Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (4/10/2017) malam.

Sambil memeluk putri pertamanya, Berta terus berteriak dan memanggil nama suaminya Mikael Mano (47).

Mikael adalah tahanan titipan Kejaksaan Negeri (Kejari) Oelamasi, Kabupaten Kupang, di Rumah Tahanan (Rutan) Klas II B Kupang, yang tewas karena dianiaya narapidana lain.

Berta yang mengenakan kaos oblong dan celana pendek terus menangis dan berteriak histeris begitu melihat tas milik suaminya yang disimpan di lantai depan kamar jenazah.

(Baca juga: Rusuh di Penjara, 3 Napi Tewas Dibunuh dengan Brutal)

Berta pun kemudian menendang tas yang berisi beberapa potong pakaian, sandal, jam tangan dan sirih pinang milik Mikael itu. Ia meronta-ronta di lantai depan kamar jenazah yang tertutup.

"Mikael di mana? kasih keluar saya punya suami. Kemarin polisi ambil dia sehat-sehat saja, tapi sekarang dia sudah jadi mayat," teriak Berta yang terus menangis.

"Kamu buat apa suami saya. Siapa yang mau kasih makan kami lagi. Saya tidak mau jalan dan tidak mau pulang. Polisi harus antar kembali suami saya dalam keadaan hidup," kata Berta lagi yang kemudian pingsan.

Berta yang terus didampingi putri pertamanya, bersama puluhan keluarganya berkumpul di depan kamar jenazah bersama sejumlah jaksa dan pegawai Kejaksaan Negeri Kupang.

Juru bicara keluarga Robby Manoh dan kerabat lainnya berdiskusi dengan seorang jaksa penyidik. Keluarga akhirnya sepakat mendatangi Markas Polres Kupang dan meminta jenazah Mikael diotopsi.

(Baca juga: Napi Tewas dalam Perkelahian, Sipir Lapas Timika Akan Diperiksa)

Berta kepada Kompas.com mengatakan, suaminya tewas ketika dalam perjalan menuju Rumah Sakit Bhayangkara Kupang. Menurut Berta, suaminya ditahan di Rutan karena terlibat kasus penganiayaan terhadap dua siswa SMA di Desa Naikliu, Kabupaten Kupang.

Berta mengaku kalau suaminya salah pukul orang, saat hendak mencari anaknya. Masalah itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Namun, Minggu 1 Oktober 2017, suaminya dijemput oleh polisi dan ditahan di Rutan.

"Saya dapat kabar dari Kapolsek Naikliu, bahwa suami saya sedang sakit dan dirawat di RS. Tetapi setelah tiba di rumah sakit ternyata suaminya telah meninggal,"sambungnya.

Berta menyerahkan kasus kematian suaminya ke polisi untuk diproses sesuai aturan yang berlaku. "Kami dari keluarga minta agar jenazah suami saya diotopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya," tuturnya.

Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Hukum dan HAM Nusa Tenggara Timur M Diah mengatakan, Mikael ditahan di ruang isolasi. Namun ia berhasil keluar dan menganiaya seorang petugas menggunakan kayu.

"Petugas berusaha untuk menyelamatkan diri. Karena Dia (Mikael) menggunakan kayu sedangkan petugas menggunakan tangan kosong. Di situ terjadi perkelahian dibantu beberapa warga binaan hingga dia terjatuh dan tidak melakukan perlawanan lagi," ujar Diah.

Mikael kemudian dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis, namun ia meninggal sebelum tiba di rumah sakit.

Menurutnya, warga binaan yang membantu petugas lapas dan mengamankan Mikael tersebut tidak sedang berada di dalam ruangan sel, sehingga mereka bersama-sama menganiaya.

Kompas TV Restoran di dalam penjara ini berhasil menarik wisatawan untuk berkunjung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com