Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perempuan-perempuan Andal di Balik Mebel Ukir Jepara

Kompas.com - 04/10/2017, 10:48 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Para perempuan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ternyata punya kemahiran mengukir yang mumpuni. Mereka menjadi bagian mendunianya ukir Jepara tersebut.

Di Desa Petekeyan, Kecamatan Tahunan, Jepara, hampir 90 persen warganya bekerja sebagai perajin ukir. Tak heran jika akhirnya Desa Patekeyan menjadi Kampoeng Sembada Ukir di Kabupaten Jepara.

Menariknya, dari 3.800 warga desa yang menggeluti ukiran, mayoritas didominasi perempuan. Jika dihitung, lebih dari 60 persen dari total 3.800 perajin merupakan ibu rumah tangga.

Mereka begitu lincah menggerakkan tangannya mengukir kayu di atas papan kayu Jati. Hasil ukiran pun tak berbeda dengan pahatan kaum laki-laki.

(Baca juga: Seniman Ini Ciptakan Ukiran Unik dari Ujung Pensil)

Muryati (50) warga Patekeyan misalnya. Kemahiran mengukir kayu sudah ditekuni sejak kecil. Melalui alat-alat ukir yang sederhana, tangannya lihai mengukir motif daun-daunan di papan kayu Jati.

Begitu pula dengan Listiyowati (32). Saban hari, dia mengukir kayu dari Pohon Mahoni. Kayu ukiran lalu disetorkan untuk dikombinasikan dengan hasil ukiran lain.

"Kalau ukir ini lebih mudah kayu Jati, kalau Mahoni seratnya susah. Sehari dapat 12 buah," kata Lis saat disambangi di tempat kerjanya, Rabu (4/10/2017).

Isfatul (27) juga melakukan hal yang sama. Keterampilan mengukir didapat secara otodidak dengan melihat cara mengukir. Kerja mengukir pun dilakukan di depan rumahnya.

Pekerjaan ukir juga dapat dilakukan sesuai kondisi. Untuk satu balok ukir dasar dapat dikerjakan selama kurang lebih setengah jam.

"Ini kerja sambil momong anak. Kalau di pabrik kan anaknya ditinggal," ujar ibu satu anak ini mengatakan. 

Kreatif

Para pekerja yang melakukan kerja ukir juga mendapat penghasilan lumayan. Warga Petekeyan lain, Magfiroh (35) mengaku, tiap hari dapat menyelesaikan 9 papan kayu.

Tiap papan kayu dikerjakan selama satu jam. Satu papan kayu ukiran penuh dihargai Rp 10.000. Kayu ukiran nantinya ditempelkan di kursi, meja, hingga lemari.

Magfiroh mengaku, dapat mengukir apapun motif yang dipesan. Karena itu, motif ukir pun terus berkembang sesuai zaman.

"Semua motif dapat yang didesain kita bisa ukir. Semua motif ukir dapat dibuat, sesuai pesanan. Motifnya berkembang terus," ujarnya.

(Baca juga: Roh yang Membimbing Pengukir Asmat)

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com