Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yunita, Mengubah Popok Bekas Menjadi Kerajinan Bernilai Ekonomis

Kompas.com - 03/10/2017, 20:53 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Di tangan orang-orang kreatif, sesuatu yang tidak berharga akan menjadi bernilai. Tidak terkecuali popok bekas. Bahan yang menjadi tempat menampung kotoran bayi itu ternyata bisa diubah menjadi hiasan menarik. Alhasil, bekas popok itu memiliki nilai ekonomis.

Adalah Yunita Lestari Ningsih (36) warga Jalan Ikan Tombro nomor 56 Kelurahan Tunjung Sekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang yang pertama kali berinisiatif untuk mengubah popok bekas menjadi berbagai macam hiasan.

Melalui keterampilan yang dimilikinya, wanita kelahiran tahun 1978 itu merajut popok bekas menjadi bunga hias, frame foto, souvenir, tas, dompet, tempat lampu bahkan selimut dan bantal.

Kreativitas mengolah popok bekas itu dimulai Yunita sejak tahun 2015. Awalnya ia merasa prihatin dengan banyaknya sampah popok  yang tersebar di berbagai tempat. Seperti di sepanjang sungai dan persawahan warga.

Baca juga: Berkat Bambu, Pemuda Kediri Ini Raup Omzet hingga Rp 90 Juta Sebulan

"Menumpuk di sungai dan sawah - sawah, maka kami berinisiatif untuk memanfaatkannya," katanya, Selasa (3/10/2017)

Apalagi, popok terdiri dari bahan yang sulit terurai. Sehingga keberadaannya dapat mencemari lingkungan. "Karena dibakar juga tidak bisa. Ditimbun penguraiannya lama maka kami berinisiatif ini dijadikan kerajinan," kata ibu tiga anak itu.

Sejak saat itu, Yunita melakukan sosialisasi kepada para tetangganya untuk tidak lagi membuang popok bekas. Yunita meminta supaya popok itu dicuci sampai bersih dan dijual kepada dirinya. Kebetulan, Yunita saat itu menjadi Ketua Kader Lingkungan di kampungnya.

Saat itu, ia membuat bank sampah popok. Hal itu untuk menampung popok dari warga dan mengolahnya menjadi kerajinan tangan yang menarik. "Satu popok kami hargai Rp 250 untuk popok yang jenis perekat. Popok yang jenis celana Rp 500," katanya.

Seiring berkembangnya waktu, animo warga untuk menjual popok bekas semakin tinggi. Bahkan ia sampai kewalahan untuk membeli popok bekas yang ditawarkan kepadanya.

Sementara itu, Yunita hanya memiliki 10 pekerja untuk membuat kerajinan itu. Pemasarannya juga masih terbatas pada saat ada pameran UKM dan kepada komunitas - komunitas tertentu.

Yunita Lestari Ningsih (36) warga Kelurahan Tunjung Sekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang saat merajut bunga hias dari bekas popok, Selasa (3/10/2017)KOMPAS.com / Andi Hartik Yunita Lestari Ningsih (36) warga Kelurahan Tunjung Sekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang saat merajut bunga hias dari bekas popok, Selasa (3/10/2017)
Tidak ada yang terbuang

Tidak sulit untuk mengubah popok bekas menjadi kerajinan tangan yang menarik. Oleh Yunita, semua bagian pada popok dimanfaatkan untuk menjadi kerajinan yang menarik. "Tidak ada yang tersisa. Semua jadi kerajinan," katanya.

Awalnya, popok yang diterimanya digunting sesuai dengan bentuk kerajinan yang ingin dibuatnya. Setelah itu, hasil guntingan popok itu dirangkai dan diwarnai sesuai dengan bentuknya.

Namun, untuk jenis kerajinan tertentu, membutuhkan pemadatan pada popok. Untuk itu, ia menyetrika popok itu sampai padat lalu digunting sesuai dengan bentuk kerajinan yang ingin dibuat.

Popok - popok itu juga bisa dirajut untuk mendapatkan lembaran yang lebih besar. Ini dilakukan jika ingin membuat kerajinan tas, dompet, tempat lampu dan jenis kerajinan lainnya yang bentuknya besar. "Ada yang harus disetrika untuk menentukan ketebalannya," katanya.

Hasil dari kerajinannya itu lalu dipasarkan dengan harga Rp 5.000 sampai Rp 125.000. Tergantung dengan jenis kerajinannya.

Kompas TV Kursi "Bakpao", Manfaatkan Ban Bekas Sebagai Bahan Utama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com