Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Pesisir Madura yang Berwarna Mencolok dan Menantang

Kompas.com - 03/10/2017, 06:39 WIB
Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Batik di Pulau Madura diproduksi merata di empat Kabupaten yakni Bangkalan, Sampang, Sumenep, dan Pamekasan. Kabupaten Bangkalan lebih banyak dikenal dengan batik Tanjung Bumi sebagai nama satu desa di Bangkalan.

Di Sampang dan Sumenep juga ada perajin batik meskipun tidak merata. Sedangkan di Pamekasan, ada sembilan dari 13 kecamatan yang menjadi sentra industri batik.

Produksi batik Madura berbeda jauh dengan produk batik di daerah Solo, Yogyakarta, dan daerah Jawa Tengah lainnya. Di daerah tersebut, motif batik memiliki karakter keteraturan, stagnan, dan dikembangkan berdasarkan rumus-rumus matematis.

Menurut sejarawan Madura, Sulaiman Sadik, jenis batik seperti itu dikenal dengan batik geometris.

"Batik geometris menggambarkan birokrasi dan dipengaruhi tradisi keraton yang penuh dengan keteraturan, sistematis, dan kaku," ujar Sulaiman Sadik, Senin (2/10/2017).

(Baca juga: Menengok Desa Batik di Yogyakarta)

Di Madura, pembuatan batik berpegang erat atas motif batik pesisir. Batik pesisir ini memiliki karakter yang kuat, terutama pada pewarnaan dan motifnya yang eksploratif.

Karenanya batik Madura yang disebut dengan batik non geometris oleh Sulaiman Sadik, memiliki motif yang jelas, warna tegas, norak, ekspresif, natural, dan mengandung unsur-unsur lingkungan flora ataupun fauna.

"Batik pesisir Madura itu suka warna mencolok seperti merah pekat layaknya warna vihara. Motif batik Madura beraliran non geometris, lebih bebas seperti gambar binatang, tanaman, hutan dan yang sejenisnya," imbuh Sulaiman Sadik.

Selain itu, batik pesisir Madura tidak terintervensi pola-pola atau maal. Pebatik lebih imajinatif dan mengikuti kepekaan jiwanya serta nalurinya. Dengan demikian, sulit ditemukan di Madura ada dua lembar kain batik yang memiliki kesamaan hasil meskipun motifnya sama.

"Motif batik merupakan bagian kritikal dari proses pembuatan kain batik sendiri. Goresan canting dan gerak tangan pebatik melibatkan pikiran dan hatinya sehingga apa yang tergores menjadi motif yang akan menarik minat pecinta batik," ungkap Sulaiman Sadik.

(Baca juga: Sengitnya Persaingan Batik Jawa Tengah dengan Batik Asal China)

Belakangan ini, perajin batik dari luar Madura banyak terpikat. Salah satu alasannya, karakter asli batik pesisir tidak hilang meskipun sudah dikolaborasi dengan motif-motif baru.

"Kalau batik berwarna merah dengan kombinasi hijau dan kuning, bahkan hitam membuat saya semakin tertarik untuk memilikinya. Warna demikian sangat menantang dan anti mainstream," kata Moh Ridwan, pecinta batik asal Pamekasan.

Kadarisman Sastrodiwirdjo dalam bukunya The Heritage of Indonesia Pamekasan Membatik dijelaskan, batik pesisir di Madura di antaranya memiliki motif alam dan lingkungannya.

Seperti motif Sesse' (kulit ikan laut), ramok (akar), ketupat dan kembang pot. Ada pula yang tradisional seperti motif Tanahan Sekar Jagad, Tanahan Oleng (tanah berkelok), Tanah Mo'ramok (tanah berakar), Padi Kepak (gabah kosong), dan buah-buahan seperti pisang Bali.

"Motif-motif itu terus dikembangkan menjadi batik kontemporer yang dicampur dengan motif yang dibangun berdasarkan imajinasi perajinnya," kilah Kadarisman.

Perkembangan batik semacam inilah yang kelak akan mengaburkan keaslian motif batik pesisir Madura.

Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan memberikan tambahan wawasan kepada perajin batik untuk tidak menghilangkan motif dasarnya. Jika sudah kehilangan motif dasarnya, akan mudah dicaplok dan diklaim bangsa-bangsa lain. 

Kompas TV Kemeriahan hari batik nasional sudah terasa sejak hari Minggu (1/10) kemarin dalam Karnaval Batik Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com