Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harmoni Sulaman Karawo dan Batik di Gorontalo

Kompas.com - 02/10/2017, 13:58 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com –  Dengan sangat teliti, Feronita Suma (26) mengurai serabut kain dengan jarum untuk menyelipkan warna-warni benang di bahan baju batik yang dipegangnya.

Nita, sapaan akrab wanita itu, sedang membuat kombinasi antara keindahan batik dan sulaman karawo dalam bingkai midangan. Sulaman karawo merupakan sulaman khas Gorontalo.

Pembuatan sulama karawo lumayan rumit dengan banyak hal harus dipertimbangkan, mulai bentuk dan motif, warna, hingga bahan kain dan benangnya.

Bagi Nita, pekerjaan ini sudah menjadi kebiasaan sehingga tidak menemukan kesulitan. Sejak masih di bangku kelas 3 Sekolah Dasar, dia sudah diajari menyulam oleh tante dan kakaknya di Telaga, Kabupaten Gorontalo.

“Kain batik memang indah, namun kami membuat lebih hidup dengan sulaman karawo,” kata Nita, Senin (2/10/2017).

Baca juga: Seribu Penyulam Karawo Pecahkan Rekor Muri di Gorontalo

Masuknya sulaman karawo pada kain batik merupakan upaya mengangkat sulaman karawo dan batik supaya lebih bernilai tinggi dan lebih indah saat dikenakan.

Memasukkan sulaman karawo pada batik bisa dilakukan dengan 2 cara, saat masih berupa bahan busana atau sudah berbentuk busana. Keduanya bisa dikerjakan oleh perajin karawo di Gorontalo.

“Ada yang membawa baju batiknya ke sini, meminta untuk ditambahkan sulaman karawo dengan motif yang sudah dibawanya,” kata Nita.

Namun Nita mengaku para perajin sulaman karawo umumnya mengerjakan bahan busana yang masih berbentuk lembaran kain.

Seorang penyulam karawo tidak langsung mengerjakan bahan busana, ada tahapan awal yang harus dibuat oleh seorang yang mahir mencabut serat kain. Serat yang dicabut nantinya membentuk pola. Dari pola inilah seorang perajin karawo akan menyulamkan aneka warna benang dalam kain.

Perpaduan batik dan karawo ini dirintis oleh Arfa Hamid (60), warga Ipilo Kota Gorontalo.  “Saya mengawali sulam karawo pada batik tahun 2010 lalu, sebelumnya saya membuat sulaman karawo pada kipas kain,” kata pria pensiunan PNS ini.

Arfa menyebutkan, penyulaman karawo yang paling sulit adalah pada kain primisima, karena benangnya sangat rapat. Pencabutan serat kain ini bisa saja salah dan menyebabkan kain rusak.

“Proses pencabutan serat kain ini membutuhkan waktu lama, tidak bisa dilakukan terburu-buru. Yang punya kain harus sabar, yang bekerja juga harus sabar,” katanya.

Dari pencabutan benang pada kain batik ini, pekerjaan selanjutnya dipindahkan ke tangan penyulam. Berbekal motif dari kertas strimin yang telah digambar, perajin kemudian melakukan penyulaman dengan benang berbagai warna.

“Untuk motif kecil di bagian sisi kanan dan kiri kemeja diperlukan waktu 4 hari dengan upah hanya Rp 30.000,” sebutnya.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com