Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jalu Priambodo

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian INSTRAT.

Mengapa Peta Pilkada Jawa Barat Tak Kunjung Tergambar?

Kompas.com - 26/09/2017, 07:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Hal ini ditegaskan oleh Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, yang mengatakan bahwa kesepakatan Pilkada Jabar satu paket dengan pilpres. Karena adanya ketentuan satu paket inilah, PKS percaya diri mengajukan Ketua DPW PKS Ahmad Syaikhu sebagai calon wakil gubernur meskipun secara popularitas masih di bawah kandidat lainnya. Namun, hal ini juga membuat partai lain berpikir ulang untuk mengawinkan kandidatnya dengan kandidat PKS.

Trauma Gerindra

Sosok Basuki Tjahaja Purnama dan Ridwan Kamil merupakan sosok yang turut diorbitkan oleh Partai Gerindra dalam Pilkada DKI Jakarta dan Pilkada Kota Bandung. Bahkan Ahok adalah kandidat yang diminta langsung oleh Prabowo untuk berpasangan dengan Jokowi di Pilkada 2012.

Namun, ketenaran yang diperoleh Ahok dan Emil tidak membuatnya setia pada partai pengusungnya. Ahok meninggalkan Gerindra pasca-Pilpres 2014 dan Ridwan Kamil terus menolak menjadi kader Gerindra.  

Berbekal pengalaman tersebut, Gerindra kemudian menerapkan saringan yang sangat ketat bagi mereka yang ingin maju melalui Gerindra. Tarik-menarik masalah syarat inilah yang membuat Deddy Mizwar tidak kunjung memperoleh restu secara resmi dari Gerindra untuk maju di Pilkada Jawa Barat.

Menanti kejutan poros baru

Partai Demokrat, PPP, dan PAN berhasil mencuri perhatian di Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan mendeklarasikan pasangan AHY-Silvy yang tidak diduga siapa pun. Wacana untuk menghidupkan poros alternatif ini kembali muncul jelang Pilkada Jawa Barat 2018.

Di luar PKB yang sudah mendeklarasikan dukungan bagi Ridwan Kamil, Demokrat masih berupaya mengonsolidasikan PPP, PAN, dan bahkan Gerindra untuk mengajukan kandidat alternatif.  

Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat sudah mengatakan akan memunculkan kandidat yang belum pernah ada dalam bursa pilkada saat ini. Namun, berkaca pada Pilkada DKI Jakarta, kandidat yang muncul belakangan punya pekerjaan rumah besar mengejar ketertinggalan dari kandidat lainnya. Dan, terbukti AHY tidak mampu tampil sebagai pemenang.

Akankah Demokrat mampu meyakinkan partai lain untuk mengambil risiko serupa? Atau malah berujung pada antiklimaks dengan mendukung calon yang sudah start lebih dulu? Jawabannya tergantung pada suara dari Cikeas.  

Itulah beberapa hal yang membuat konstelasi Pilkada Jawa Barat sangat menarik untuk disimak. Satu poin lagi yang menjadi alasan mengapa para kandidat sangat tergantung pada dukungan partai adalah besarnya penduduk di Jawa Barat yang membuat sangat sulit untuk mengajukan calon independen.

Adanya ketentuan tambahan dibandingkan Pilkada 2013 membuat kandidat independen semakin sulit untuk bergerak. Thus, dengan demikian membuat para kandidat tersandera oleh kepentingan partai politik yang sangat beragam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com