Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayam Hidup hingga Kepala Kambing Dilarung di Laut Jelang 1 Muharram

Kompas.com - 20/09/2017, 18:56 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menyambut Tahun Baru Islam yang juga bertepatan dengan Tahun Baru Kalender Jawa, warga di sekitar pesisir Selatan Gunungkidul, Yogyakarta, menggelar upacara ritual sedekah laut atau labuhan, Kamis (20/9/2017).

Salah satu lokasi yang menggelar sedekah laut pantai Baron, Kemadang, Tanjungsari. Tradisi unik yang rutin digelar setiap tahun ini dipercaya masyarakat untuk keselamatan dan juga ungkapan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, masyarakat nelayan memiliki kearifan lokal dan menganggap tradisi ini juga sebagai penghormatan kepada Ratu Laut Kidul.

"Tradisi ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan, sekaligus menyambut Tahun Baru Muharam. Labuhan hari ini tidak hanya di Pantai Baron, tetapi hari ini serentak di beberapa titik seperti Pantai Kukup, Drini, dan lainnya," kata salah seorang sesepuh Ngatno, Kamis.

(Baca juga: Sedekah Laut di Trenggalek, Tumpeng Raksasa Dilarung ke Tengah Laut)

Panas terik matahari di wilayah Pantai Baron yang dikenal sebagai ikon wisata Pantai Gunungkidul, terlihat tak begitu dirasakan oleh ratusan orang yang mengikuti ritual ini hingga petang hari, tak terkecuali wisatawan yang berlibur juga mengikuti prosesi ritual itu.

Warga menggunakan pakaian tradisional lengkap, untuk putra menggunakan pakaian surjan dan putri menggunakan kebaya berhiaskan pernik warna-warni.

Mereka menggelar kenduri di balai setempat, lalu membawa perlengkapan labuhan yang dilarung, di antaranya berbagai jenis sesaji berupa ayam hidup, ikan, buah-buahan, jarit (selendang), kepala kambing dan beberapa pakaian.

Berbagai jenis sesaji itu ditempatkan diletakkan dalam limasan kecil yang dibawa oleh empat orang bregada. Lalu ditaruh di atas kapal nelayan untuk dilabuh ke tengah Samudera Hindia.

Sebelumnya, sesepuh membakar kemenyan sembari mengucap doa di tepi Pantai Baron. Sebanyak delapan orang putri cantik membawa bunga tujuh rupa, lalu bunga itu ditebarkan di permukaan air laut.

"Kegiatan ini murni swadaya masyarakat sekitar," ucap Ngatno.

Antusiasme dari warga serta masyarakat pun juga meningkat. Terbukti dari jumlah peserta yang semakin banyak, dan penyelenggaraan yang meriah.

Kemeriahan ini ditambah adanya kesenian tradisional, mulai dari jathilan, reog dan kesenian budaya lainnya, yang menarik wisatawan. Salah seorang wisatawan, Dedy warga Karangmojo, mengaku hampir setiap tahun melihat prosesi labuhan.

"Saya memang menyempatkan diri ke Baron untuk melihat labuhan, sekaligus membeli ikan segar, karena saat ini sedang panen ikan layur," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com