Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2017, 08:57 WIB
Masriadi

Penulis

ACEH UTARA, KOMPAS.com - Husaini Usman terlihat santai sambil menyeruput kopi di Warung Taufik Kupi di Desa Meunasah Kota, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Minggu (17/9/2017). Pria yang akrab disapa Abu ini adalah salah satu kolektor dirham (mata uang emas) kesultanan Aceh.

Sebagian telah dijualnya beberapa waktu lalu. Saat berbicara soal dirham Aceh, dia langsung serius.

“Sayangnya dirham itu tidak banyak diselamatkan. Umumnya dijual semua,” kata Husaini, menarik nafas dalam-dalam.

Perburuan dirham Aceh dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Mata uang itu menggunakan emas 22 karat, namun sebagian sultan era Kerajaan Samudera Pasai juga menggunakan emas murni.

Bentuk dirham beragam, sangat tergantung era sultan yang mengeluarkan logam mulia tersebut. Misalnya, sambung Husaini, era Sultan Ahmad atau nama lainnya Malik Al Tahir (1326-1348) mengeluarkan koin emas murni.

“Dari jenis emas yang digunakan itu memperlihatkan kejayaan sultan yang memimpin saat itu. Kita tahu, semua kesultanan yang memimpin Kerajaan Samudera Pasai sangat jaya pada masanya. Namun, era Sultan Ahmad ditemukan koin emas murni, bukan emas 22 karat, itu tanda ekonomi sangat maju saat itu,” kata Husaini.

Dia menyebutkan mayoritas koin emas itu menuliskan nama sultan yang memimpin kala itu. Misalnya, koin emas diameter 11 milimeter yang ditemukan Azhar (26), warga Desa Asan, Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara. Koin emas itu bertuliskan As-Sultan Al-Adil (sultan yang adil) dan pada sisi lain tertulis Abu Zaid Malik Az Zahir, sultan yang memimpin ketika koin emas itu dikeluarkan.

Baca juga: Kisah Adnan Ganto, Warga Pedalaman Aceh yang Sukses Jadi Bankir Dunia

Sejarawan Aceh yang meneliti kerajaan Islam di Aceh, Taqiyuddin Muhammad menyebutkan, makan Sultan Abu Zaid ditemukan di Desa Blang Me, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Lokasi ini merupakan pusat kerajaan Samudera Pasai ketika makam para sultan dan ratu juga ditemukan.

“Abu Zaid dalam inskripsi nisannya tertulis putra dari Sultan Zainal Abdin Ra-Ubaddar yang juga bernama Ahmad, sebagaimana nama saudaranya yang lain. Nama panggilannya yang membedakan, yaitu Abu Zaid, ditulis sultan ini sangat dermawan dan meninggal pada Jumat, 24 Jumadil Akhir 870 hijriah (1466 masehi),” kata Taqiyuddin.

Perekonomian di era Kerajaan Samudera Pasai berkembang pesat. Kapal dagang kerap bersandar di sejumlah pelabuhan Aceh. Karena itu pula, tak heran koin emas ditemukan di sejumlah lokasi.

“Koin ini kerap ditemukan selain di kompleks pemakanan sultan, ada juga di kawasan Meuraxa Kota Lhokseumawe hingga ke Kuta Piadah, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara. Sebagian kecil ditemukan di kawasan perbukitan menandakan ada pasar besar di sana tempo dulu,” terang Husaini.

Namun, sayangnya, sambung Husaini, koin itu hanya dijual Rp 350.000-Rp 800.000 per keping oleh warga.

“Toko emas juga banyak yang membeli emas ini. Harga mahal atau murah itu tergantung kadar emas yang dimiliki koin tersebut,” terang Husaini.

Baca juga: 225 Kg Ganja Asal Aceh Disembunyikan dalam Tumpukan Sandal Jepit

Dia berharap koin emas itu bisa diselamatkan oleh pemerintah agar menjadi bukti sejarah bagi generasi muda Indonesia bahwa Aceh saat di era kesultanan pernah menjadi daerah yang kaya raya.

“Semoga koin emas ini semuanya lengkap ada di tangan pemerintah di semua era kesultanan. Kalau tidak diselamatkan, maka satu hari kelak, orang Indonesia tak akan mengetahui bahwa di Aceh, ada kerajaan yang kaya raya dengan mata uang emas," pungkasnya.

Kompas TV 4 Pesawat Hercules Kirim Bantuan untuk Warga Rohingya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com