Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Sani Tawainella dan Pesepakbola Andal dari Pelosok Maluku

Kompas.com - 16/09/2017, 09:29 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Sani Tawainella merasa sangat bangga pada peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-34, di Stadion Moch Soebroto, Kota Magelang, Jawa Tengah, 9 September 2017.

Dia menerima penghargaan sebagai tokoh inspiratif bidang olahraga dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Penghargaan diberikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, disaksikan puluhan Bupati/Wali Kota se-Indonesia, pegiat olahraga, atlet, pelajar, dan masyarakat umum.

Sani mendapat penghargaan tersebut berkat perjuangannya membangun semangat berolahraga, khususnya sepakbola pada anak-anak di Desa Tulehu, Kecamatan Sala Hutu, Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Sejak 1999, Sani merintis pendidikan sepakbola untuk anak-anak di Indonesia timur. Keinginan Sani dilatarbelakangi kondisi anak-anak Tulehu yang hampir tiap hari berhadapan dengan konflik antar-warga, dan lokasi geografis yang jauh dari perkotaan serta minim fasilitas umum.

"Saya bangga, terharu sekali, apalagi tadi Bapak Menteri menceritakan perjalanan saya membangun sepakbola di desa saya. Ini motivasi bagi kami," kata Sani saat itu, dengan mata berkaca-kaca.

(baca: Hari Olahraga Nasional 2017, Bersatu dalam Keberagaman)

Sani menceritakan, tidak mudah mengajak anak-anak di Tulehu bersatu bermain sepakbola. Ada banyak karakter, budaya, agama, yang dimiliki masyarakat setempat. Butuh pendekatan yang tidak hanya sebatas kata-kata mengajak, tapi juga pendekatan dari hati ke hati.

"Saya sangat sedih melihat anak-anak terprovokasi, saat kerusuhan Maluku 1999 silam. Maluku saja yang bergejolak, daerah lain tidak. Saya coba bangun anak-anak agar berpikir maju ke depan melalui sepakbola," ungkapnya.

Kerja keras Sani membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti, anak-anak di Tulehu mulai menggemari sepakbola. Bahkan dia menyebut sepakbola seperti menjadi budaya masyarakat Tulehu.

Sani mengungkapkan, di kampung tersebut, lahir pesebakbola yang berlaga di kancah nasional, di antaranya Alvin Tuassalamony, Rizky Pellu, Hendra Adi Bayaow dan Rizki Ramdani Lestaluhu.

Sani mengakui masih banyak kendala yang dihadapi anak-anak didiknya ketika ingin berlatih sepakbola, misalnya minimnya lapangan sepakbola, hingga kesulitan membeli sepatu sepakbola karena harganya yang terlalu mahal.

"Mereka (anak-anak) latihan dengan fasilitas seadanya, coba kalau lebih bagus, saya yakin semangat anak-anak lebih bergelora lagi. Dari hal kecil saja, sepatu sepakbola misalnya, ada yang tidak beli-beli," katanya.

Sani berharap penghargaan yang dia terima dapat menjadi motivasi untuk pesepakbola muda dan pemerintah meningkatkan perhatian dengan menyediakan fasilitas olahraga sepakbola di Tulehu.

"Sudah diatur dari yang di atas. Mimpipun saya tidak (dapat penghargaan ini). Uang lama kelamaan jadi habis, barang bisa rusak, tapi motivasi untuk teman-teman dan adik-adik di lapangan itu luar biasa," ucap Sani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com