Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/09/2017, 06:50 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

KOMPAS.com - Taymur namanya. Orangutan balita ini baru berusia tiga tahun. Namun, nasibnya sempat tak beruntung. Ia tercerabut dari habitat aslinya dan diselundupkan hingga ke negeri kaya, Kuwait.

Di negeri yang berbatasan dengan Arab Saudi dan Irak itu, primata langka ini tak hanya jadi hewan peliharaan yang dikurung dalam kandang. Taymur juga pernah dibawa keliling kota dengan sepeda motor.

Karena diajak jalan-jalan keliling kota itulah, penyelundupan primata yang dilindungi ini terbongkar. Sejak saat itu, upaya pemulangan (repatriasi) Taymur pun dimulai.

"Pada suatu ketika dia dibawa jalan-jalan keliling kota pakai motor, (duduk) di depan. Jadi kelihatanlah oleh staf Kedubes RI di Kuwait. Itu awal ketahuannya," ujar Juru Bicara Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), Monterado Fridman pada Kompas.com, Kamis (14/9/2017).

(Baca juga: Anak Orangutan Ditemukan dalam Kondisi Lemah di Kebun Warga)

 

Setelah beberapa bulan di negeri kaya minyak itu, berkat kerja sama BOSF, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Luar Negeri, Taymur berhasil direpatriasi ke Indonesia pada 17 April 2017.

Pemulangan primata yang seharusnya masih bersama induknya ini bukan hanya repot dalam proses administrasi. Ada panduan protokol rinci yang harus dipatuhi dalam pemulangannya.

"Karena itu, seorang dokter hewan berpengalaman dari BOSF bernama Maryos V Tandang diberangkatkan untuk mendampingi," kata Monterado Setibanya di Indonesia.

"Pesawat yang mengangkut Taymur bertolak dari Kuwait menuju Jakarta dengan transit di Amsterdam. Ini yang membuat penerbangan lama mencapai lebih dari 30 jam," tambahnya.

Tidak mudah bagi bayi orangutan yang kala diselundupkan baru berusia dua tahunan itu untuk langsung pulang kampung ke habitat aslinya. Taymur saat itu belum teridentifikasi spesiesnya.

(Baca juga: Hutan untuk Orangutan Sekolah Dirusak Perambah)

 

Ia lalu dibawa ke fasilitas karantina Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor. "Di Taman Safari, selain menjalani proses Karantina, Taymur juga menjalani tes kesehatan dan DNA untuk menentukan provinsi asalnya," kata Monterado.

Setelah empat bulan berlalu dan perkembangannya sehat, identifikasi spesies Taymur pun diketahui. "Hasil tes DNA menunjukkan Taymur memiliki sub-spesies pongo pygmaeus wurmbii, yang berarti ia berasal dari Kalimantan Tengah," ungkap Monterado.

Kamis (14/9/2017) ini, Taymur berhasil dipulangkan ke kampung halamannya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Ia tiba melalui Bandara Haji Asan Sampit pukul 13.00 dan langsung dievakuasi ke pusat rehabilitasi di Nyaru Menteng, Palangka Raya, yang dikelola oleh BOSF.

Orangutan ini masih harus menjalani program reintroduksi, sampai pada saatnya dilepasliarkan kembali ke hutan.

Penyelundupan orangutan ke Kuwait, bukan kali ini saja terjadi. Pada 2015, BOSF juga berhasil memulangkan dua orangutan, masing-masing Orangutan Sumatera, dan Orangutan Kalimantan.

Mengutip data Global Risk Insights (2017), Monterado menyebut, perdagangan ilegal satwa liar saat ini merupakan ancaman terbesar setelah kerusakan habitat dan perburuan.

"Serta masuk ke dalam 4 besar tindak pidana terbesar di dunia, di bawah narkoba, pemalsuan uang, dan perdagangan manusia," pungkasnya.

Kompas TV Nonja, orangutan yang tinggal di Kebun Binatang Wina ini tampak serius memainkan spinner yang dikaitkan dengan batang kayu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com