Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesan Mendalam Dubes Inggris ketika Diajak Melantunkan Shalawat

Kompas.com - 14/09/2017, 09:37 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mempunyai kenangan baik saat berkunjung ke Jawa Tengah.

Kesan mendalam itu terutama saat ia diajak mengikuti kegiatan bershalawat di halaman kantor gubernur Jateng di Semarang.

Moazzam sempat takjub dan senang melihat ribuan warga melantunkan shalawat. Kegiatan itu, katanya, tidak pernah dijumpai di negaranya, Inggris.

"Beliau kaget. Katanya pengalaman orang berkumpul bershalawat baru dialaminya di Indonesia. Dia bilang begini, 'kok bisa seperti ini orang banyak bisa berkumpul. Bayar berapa'?" ujar Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menirukan ucapan Moazzam di sela bersilaturrahmi di pondok pesantren di Kebumen, Rabu (13/9/2017) malam.

"Di Inggris hal seperti ini itu tidak ada," ujar Ganjar, meniru penuturan sang dubes.

Ganjar mengatakan, Moazzam sangat terkesan dengan pola keberagaman Indonesia. Sejak diajak bershalawat, Moazzam kerap menghubunginya agar diajak kembali melantunkan shalat lagi.

"Dia bahkan pengen diajak lagi. Pernah juga orang Australia juga gedek-gedek (terheran) saya ajak shlawatan," katanya.

Baca juga: Santri Kiai Mahfudz Pernah Sambut Dubes Inggris dengan "Havenu Shalom"

Kegiatan shalawat sendiri rutin digelar setiap bulan di berbagai daerah di Jawa Tengah, termasuk di Kota Semarang. Beberapa tokoh kharismatik memimpin kegiatan shlawat, seperti Habib Luthfi bin Yahya, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, serta sejumlah tokoh lainnya.

Moazzam, sambung Ganjar, sangat terkesan dengan kegiatan itu. Oleh karenanya, dia senang sekaligus ingin mengulangnya lagi.

"Dubes Inggris itu muslim, sama seperti wali kota London. Waktu saya ajak shalawat bersama Habib Syekh beliau kaget dan seneng banget," tambahnya.

Melalui kegiatan itu, kata Ganjar, Moazzam menilai bahwa keberagaman warga Indonesia sangat kuat. Hal demikian agar terus dilestarikan.

Sementara itu, Ganjar dalam pertemuan itu meminta kalangan pesantren untuk berpegang pada pendidikan karakter yang ada di pesantren. Tradisi sopan santun, menghormati yang lebih tua agar tetap menjadi ruh di dalam pesantren.

Baca juga: Dubes Inggris: Indonesia, Negara Strategis untuk Masa Depan Dunia

Tradisi yang baik itu, sambung dia, dapat menangkal masuknya paham-paham radikal yang tersebar melalui berbagai cara.

"Kita negara berperikemanusiaan yang beradab, berketuhanan. Maka Indonesia punya ukurannya. Prinsip saling menghormati harus tetap dijaga," ujar pria 48 tahun ini.

Kompas TV Temui Dubes Inggris, Menteri Luhut Bahas Terumbu Karang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com