NUSA DUA, KOMPAS.com - Presiden Jokowi tampil sebagai keynote speaker dalam Rapat Komisi Asia Ikatan Notaris Internasional (CAAs UINL) dan Seminar Internasional Ikatan Notaris Indonesia (INI) di BNDCC, Nusa Dua, Bali pada Jumat (7/9/2017).
Di hadapan lebih dari 1.000 notaris dalam dan luar negeri, Jokowi berbicara mengenai pengalamannya mengurus perizinan usaha di Uni Emirat Arab saat masih menjadi pengusaha. Kemudian membandingkannya dengan mengurus perizinan di Indonesia.
"Saya punya pengalaman urus perizinan di Uni Emirat Arab, setelah berkas lengkap saya datang ke kantor perekonomian sana," kata Jokowi memulai ceritanya.
Berkas diserahkan di sebuah meja depan. Oleh petugas, Jokowi diminta ke gedung lain dengan jarak 5 menit berjalan kaki.
Setibanya di gedung tersebut, Jokowi diminta menandatangani sejumlah berkas. Semuanya berjalan cepat karena menggunakan sistem online.
Baca juga: Ganjar Optimistis Urus Izin Usaha Bisa 3 Jam
Setelah menandatangani berkas, oleh notaris Jokowi ketika itu diminta kembali ke meja pengajuan awal.
"Begitu saya sampai di meja pengajuan semua izin sudah selesai, itu terjadi 16 tahun lalu," kata Jokowi.
Situasi berbeda justru terjadi Indonesia. Jokowi pernah menjadi pengusaha, wali kota dan gubernur. Ia paham benar bagaimana lamanya mengurus perizinan. Bisa sampai berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
"Dari pengalaman itu saya sadari begitu panjangnya mengurus perizinan di Indonesia, bolak-balik disampaikan belum selesai," kata Jokowi.
Baca juga: Investor Mengeluh ke Jokowi, Izin Usaha Bisa sampai 20.000 Lembar
Karena itu pemerintahan yang dipimpinnya akan terus mendorong agar mengurus perizinan bisa lebih cepat dan sederhana. Karena negara yang cepat akan mengalahkan yang lambat.
"Kuncinya kecepatan birokrasi melayani investasi, negara cepat akan kalahkan yang lambat. Saya akan terus dorong terjadinya reformasi besar-besaran di birokrasi," kata Jokowi.