Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rentenir Pun Takut Masuk ke Dusun di Yogyakarta Ini

Kompas.com - 07/09/2017, 17:07 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rentenir atau sering disebut lintah darat mudah ditemui di berbagai lokasi, dari pasar hingga kampung. Tetapi mereka tidak akan muncul di Dusun Jatikuning, Desa Ngoro-Oro, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta.

Dusun ini merupakan satu dari empat dusun di Kecamatan Patuk yang mendeklarasikan diri anti-rentenir. Ketika masuk ke wilayah Dusun Jatikuning, siapa pun akan disambut sebuah papan dengan tulisan warna merah “Selamat Datang di Dusun Jatikuning, Dusun Anti-Rentenir”.

Kalimat itu dituliskan di atas papan persegi berukuran satu meter yang dipasang di tembok. Papan dipasang pada 14 Maret 2014. Dalam papan itu terdapat tiga tandatangan pejabat tingkat kecamatan hingga dusun.

Kepala Dusun Jatikuning, Munawar, mengatakan, saat itu, komitmen ini diawali keprihatinan atas maraknya kasus rentenir di dusun lain. Setelah itu, pihaknya melakukan pertemuan dengan warga, dan pihak kecamatan. Mereka lalu sepakat memasang plakat yang memuat tulisan anti-rentenir.

Selain itu, Dusun Jatikuning dipilih sebagai dusun contoh lantaran tempatnya yang dinilai strategis sebagai pintu masuk ke dusun lain di Desa Ngoro-Oro.

Dengan dipasangnya papan itu, para rentenir yang hendak masuk ke Desa Ngoro-Oro diharapkan berpikir dua kali.

"Dusun kami berada di pintu masuk desa sehingga strategis untuk menangkal masuknya rentenir ke Desa Ngoro-oro," katanya saat ditemui di Balai Dusun, Kamis (7/8/2017).

(Baca juga: Berkelahi dengan Rentenir, Ibu Ini Ditahan bersama 8 Anaknya yang Masih Kecil)

Papan ini dinilai berhasil menangkal kehadiran rentenir atau bank plecit dalam istilah Jawa yang memiliki arti mengejar-ngejar nasabah untuk membayar.

Munawar bercerita, selama beberapa tahun terakhir, tak ada laporan mengenai jeratan rentenir.

Untuk menyiasati warga yang ingin meminjam uang, koperasi simpan pinjam didirikan di tingkat desa. Di tingkat rukun tetangga (RT) juga ada lembaga simpan pinjam layaknya koperasi.

Dusun ini memiliki jumlah penduduk 765 jiwa yang tersebar di enam RT dan dua RW. Enam RT tersebut setiap selapanan atau 35 hari sekali mengelar pertemuan rutin.

"Jika warga memerlukan bantuan modal, untuk skala kecil bisa meminjam dari RT. Tetapi jika warga ingin melakukan pinjaman yang lebih besar maka disarankan untuk ke koperasi desa, atau bank yang resmi," katanya.

Camat Patuk, Haryo Ambar Suwardi, mengatakan, sejak 2014, pemerintah Kecamatan Patuk memang telah memberikan perhatian serius terhadap praktik rentenir. Hingga kini, program tersebut telah berjalan di empat dusun, yakni Dusun Jatikuning Desa Ngoro-Oro, Dusun Pengkok Desa Pengkok, Dusun Ngembes dan Dusun Sumber Tetes Desa Patuk.

Pendeklarasian dusun anti-rentenir ini diharapkan menangkal pengaruh buruk. Sebab, tak jarang warga harus menjual aneka benda miliknya untuk membayar utang.

"Kami terus mengembangkan koperasi tingkat desa, di samping itu mendorong bank resmi untuk memberikan kemudahan kredit pada masyarakat," ucapnya.

Direktur Bank Dagang Gunungkidul (BDG), Suci Sulistyawati, mengatakan, sebagai bank milik pemerintah daerah, pihaknya sudah berupaya memberikan kemudahan kredit kepada masyarakat. Hal ini sebagai salah satu upaya menekan kasus rentenir. Salah satunya dengan bunga ringan di bawah 0,85 persen.

"Kami sudah berupaya, tetapi memang untuk sama dengan rentenir dengan pinjaman tanpa agunan dan langsur dibayar, kami tidak bisa seperti itu. Sebab, kami juga ada aturan main yang diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan)," tuturnya.

Selain itu, pihaknya membuat program menabung bagi masyarakat utamanya pedagang yang diambil langsung ke lokasi.

"Dengan menabung bisa diambil saat kekurangan modal atau membutuhkan uang. Kami memiliki nasabah ratusan pedagang seperti di taman kuliner setiap malam kami mengambil uang tabungan pedagang," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com