Pengeroyokan terhadap Santri hingga Tewas Disebut Aksi Spontan

SURABAYA, KOMPAS.com - Juru bicara Pesantren Darussalam Surabaya, Zubaidi menyebut, aksi pengeroyokan terhadap Muhammad Iqbal Ubaidillah (15) terjadi secara spontan, tanpa perencanaan.

Karena itu, Zubaidi menolak jika 4 santri pesantren di Jalan Tambak Anakan Surabaya yang saat ini berstatus tersangka itu disebut melakukan penganiayaan atau pembunuhan berencana.

"Aksi pengeroyokan terjadi secara spontan, tanpa direncanakan. Pelakunya remaja yang emosinya masih menggebu-gebu," katanya, Selasa (5/9/2017).

Korban, kata Zubaidi, disebut terlibat aksi pencurian uang di pesantren. Korban pencurian dan rekannya lantas meluapkan kemarahan setelah memastikan bahwa Iqbal terlibat aksi pencurian.

"Aksi pengeroyokan di luar pengetahuan kami. Kami baru tahu saat korban sudah berada di rumah sakit," terangnya.

Baca juga: Kasus Pengeroyokan Santri hingga Tewas, Polisi Tetapkan 4 Tersangka

Dia membantah pengawasan terhadap aktivitas santri di pesantren dianggap lemah.

"Aturan di pesantren ini sangat ketat, namun kami tidak bisa mengawasi aktivitas santri selama 24 jam penuh," jelasnya.

Setelah peristiwa tersebut, pihaknya berjanji akan lebih meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas santri dengan memasang CCTV di setiap sudut pesantren.

Muhammad Iqbal Ubaidillah meninggal dunia Minggu dini usai dirawat di RSU Soewandi Surabaya. Dia diduga sebagai korban pengeroyokan santri di pesantren tempat dirinya belajar.

Baca juga: Diduga Dikeroyok Temannya, Seorang Santri di Surabaya Meninggal Dunia

Polisi menemukan luka memar di tubuh korban seperti di bagian kepala, wajah, punggung, lengan dan organ tubuh lainnya. Polisi menetapkan 4 santri sebagai tersangka dalam perkara ini.