Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Pedagang Pasar Beringharjo Peringati Keistimewaan Yogya

Kompas.com - 31/08/2017, 15:29 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ada pemandangan yang tidak biasa di Pasar Beringharjo, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Kamis (31/8/2017). Semua pedagang Pasar Beringharjo terlihat mengenakan pakaian adat Jawa.

Pantauan Kompas.com, untuk pedagang laki-laki terlihat mengenakan pakaian adat Jawa berupa sorjan, jarik, lengkap dengan blangkonnya. Ada pula pedagang laki-laki yang hanya mengenakan lurik dan blangkon, sedangkan bawahannya terlihat memakai celana panjang berbahan katun hitam.

Sementara pedagang wanita terlihat mengenakan kebaya dan jarik khas Jawa. Kendati begitu, jarang terlihat pedagang wanita yang mengenakan sanggul. Bukan tanpa sebab, para pedagang pasar kompak mengenakan pakaian adat Jawa.

Menurut seorang pedagang pasar, Hadi Purnomo (70), hal itu dilakukan untuk memperingati disahkannya Undang-undang Keistimewaan (UUK) DI Yogyakarta yang jatuh pada hari ini. "Selain itu juga untuk menyambut Gubernur DIY Sultan HB X," kata Hadi ketika berbincang di kiosnya di Pasar Beringharjo.

Baca juga: Sultan HB X: Jangan Mencari Untung dengan Memeras Orang Lain!

Sultan hadir ke Pasar Beringharjo juga untuk memperingati disahkannya UUK DIY menyusul diadakan acara Kenduri Rakyat Istimewa di tengah pasar. Sultan memotong lima tumpeng dan menyantapnya bersama para pedagang pasar.

"Memperingati disahkannya UUK DIY di Pasar Beringharjo ini baru pertama kali dilakukan," tutur Hadi.

Menurut dia, peringatan tersebut untuk mengingatkan masyarakat agar terus menjaga DIY selalu istimewa seiring berkembangnya zaman dan teknologi.

"Kami berharap Yogyakarta tetap lestari dan selalu istimewa dalam segala hal. Nyaman untuk ditinggali, mencari nafkah dan lainnya. Ke depan, keistimewaan DIY lebih baik," ujar Hadi.

Sementara Sultan HB X mengatakan, peringatan disahkannya UUK DIY itu sebagai penanda perjuangan masyarakat yang panjang. Sebab, masyarakat harus bernegoisasi dengan presiden yang berbeda untuk memiliki UUK DIY. Menurut dia, proses perjuangan berlangsung mulai 1998 sampai 2012.

"Mulai zaman Presiden Gus Dur sampai SBY itu semua harus dilalui," kata Sultan.

Baca juga: Saat Mahfud MD Terbahak-bahak di Pasar Beringharjo Yogyakarta

Sultan mengatakan, moto Jogja Istimewa untuk DIY itu bukan karena nama daerahnya, melainkan sifat masyarakatnya.

"Yang dimaksud istimewa itu karena kita itu ter-. Ya terbaik, terjujur, terpintar, dan lainnya," ucap Sultan.

Sultan mengatakan, semangat menjaga keistimewaan DIY juga harus dilakukan masyarakat. Menurut dia, masyarakat dan pemerintah harus bersatu padu dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan.

"Karena kekuatan jogja itu kebersamaan. Semoga saja dengan peringatan disahkannya UUK ini kita semua intropeksi. Ke depan Yogyakarta tidak hanya aman dan nyaman tapi sejahtera maju peradaban tinggi dan punya keunggulan," katanya.

Pada kesempatan itu, Sultan juga melakukan dialog dengan pedagang pasar tradisional yang hadir di acara kenduri.

Kompas TV Setelah menghabiskan waktu berlibur di Bali, Barack Obama dan keluarga tiba di Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com