Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1920-1940, Bandung Jadi Laboratorium Arsitek Belanda

Kompas.com - 29/08/2017, 11:53 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Ahli arsitektur dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Widjaja Martokusumo mengatakan, pada tahun 1920-1940, Bandung menjadi laboratorium arsitek Belanda.

Di tahun-tahun tersebut, arsitek Belanda banyak yang mengeksplorasi kemampuannya di kota ini.

“Kalau di sana terbatas dengan empat  musim, lahan sempit, dan revolusi perumahan. Arsitek Belanda sangat pandai karena banyak sekali batasannya,”  ujar Widjaja kepada Kompas.com di Gedung BTPN Bandung, belum lama ini.

Begitu mereka ditempatkan di Hindia Belanda, para arsitek ini melihat lahan yang luas, penduduk masih jarang, dan hanya dua musim, sehingga cocok untuk bereksperimen.

(Baca juga: Inilah Tokoh Penting Zaman Kolonial yang Dimakamkan di Bogor)

“Makanya banyak yang mengatakan, tahun 1920-1940, Bandung menjadi laboratorium arsitektur, jadi percobaan (para arsitek) Belanda,” tutur Widjaja.

Seperti arsitek AF Albers. Dari 70 masterpiece yang ia ciptakan semasa hidupnya, 40 di antaranya berada di Bandung, seperti Hotel Homann, Gedung Bank BJB, dan De Driekleur (Gedung BTPN). 

Di Bandung, AF Albers belajar banyak hal. Ia pun terinspirasi konsep lokal. Misalnya ketika ia membuat sejumlah bangunan tentara. Saat itu ia membuat atap yang pendek-pendek karena tidak mengetahui hujan di Jabar sangat deras.

“Dari sana mereka belajar. Lama-lama mereka bikin tritisan (atap) agak panjang agar lebih cepat mengalirkan air. Atap miring agar air cepat turun,” tuturnya.

(Baca juga: Melihat Arsitektur Bank Milik Inggris di Kota Tua Jakarta)

Begitu pun ketika membuat jendela. Dulu, mereka membuat jendela frontal tanpa pelindung. Lalu mereka mempelajari jendela harus terlindungi dan tidak berhadapan langsung dengan matahari.

Bahkan kalau lihat bangunan Institut Teknologi Bandung (ITB), menggabungkan berbagai konsep. Itu terlihat dari sumbu serta bangunan yang simetrik dengan sisi kiri dan kanan seimbang. Hal tersebut merupakan hasil pembelajaran dari Belanda.

Namun di tengah ITB, ada lapangan. “Banyak yang mengatakan itu terinspirasi ketika arsiteknya mempelajari Kerajaan Majapahit,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com