Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Putri dan Dewi, Kembar Siam yang Hobi Menggambar dan Mengaji

Kompas.com - 29/08/2017, 07:07 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Al Putri Anugrah (Putri) dan Al Putri Dewiningsih (Dewi) tengah sibuk menyusun mainan berupa kepingan plastik susun di atas ranjang rawat ruang Kemuning, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Senin (28/8/2017).

Meski dengan posisi badan terbaring, keduanya tampak lincah menyusun kepingan plastik hingga berbentuk menyerupai mobil. Ruang gerak keduanya kadang terbatas.

Hal itu disebabkan karena Putri dan Dewi terlahir dengan kondisi kembar siam dempet. Bisa dibilang, Putri dan Dewi punya dua jiwa dalam satu raga.

Keduanya terlahir dengan kondisi dempet yang memiliki dua kepala, dua badan, empat tangan dan tiga kaki serta sejumlah organ vital yang menyatu. Dengan kondisi itu, sulit kemungkinan pemisahan badan dilakukan.

Putri dan Dewi adalah anak dari pasangan suami istri Iwan Kurniawan (39) Yani (30), warga Kampung Padasari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.

Iwan, sang Ayah, berkisah tentang kondisi janin dua putrinya yang sempat dia sembunyikan dari sang istri. Proses kelahiran Putri dan Dewi terjadi di salah satu rumah sakit di Tanjung Pinang.

Saat itu, kata Iwan, kejanggalan tentang kondisi bayinya mulai tampak pada usia kehamilan 7 bulan. Saat menjalani pemeriksaan USG, sang dokter memperlihatkan hasil yang membuat Iwan terkejut karena melihat fisik anaknya mengalami kelainan.

Baca juga: RSHS: Balita Kembar Siam Asal Garut Tidak Bisa Dipisahkan

Iwan tak mau membuat sang istri kecewa. Dia pun bersiasat bersama dokter untuk menyembunyikan keadaan fisik buah hatinya dari Yani. Putri dan Dewi lahir pada 29 Oktober 2013. Bahkan, 45 hari setelah kelahiran sang bayi, Yani belum mengetahui kenyataan berat yang ia hadapi. Sebab, sang bayi masih diisolasi di rumah sakit tersebut.

"Di USG kelihatan, saya tutupin dari istri saya. Saya sama dokter kompak lah begitu. Namun, sekarang istri saya sudah ikhlas dan menganggap punya satu bayi saja, " kata Iwan saat ditemui di RSHS Bandung, Senin (28/8/2017).

Sebelum tiba di RSHS Bandung pada Jumat (25/8/2017) lalu, Iwan sempat berikhtiar untuk membuat kondisi fisik kedua putrinya lebih baik. Sesaat setelah kelahiran, Putri dan Dewi sempat dibawa ke RSUD Kijang lalu dirujuk ke RS Angkatan Laut dan RS Awal Bros Riau. Putri dan Dewi kembali dirujuk ke RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Dari kunjungan ke sejumlah rumah sakit, Iwan dan Yani tak mendapat hasil memuaskan. Dia pun memutuskan untuk merawat Putri dan Dewi seadanya lantaran kehabisan biaya.

"Pada 2016 dibawa pulang ke Garut. Tapi pihak RSCM saat itu menyarankan untuk mendatangi RSHS Bandung, karena RSHS katanya sudah pengalaman menangani pasien kembar siam, " ujar Iwan yang kini berprofesi sebagai buruh serabutan itu.

Akhirnya Iwan mendapat respons positif dari pihak RSHS Bandung. Dia pun sadar jika pemisahan tubuh Putri dan Dewi tak bisa dilakukan. Namun, dia meminta agar pihak RSHS bisa memotong satu dari tiga kaki yang dianggap menghalangi mobilitas putrinya.

"Vonisnya enggak bisa dipisah. Nah sekarang ada istilah kedokteran aksesoris kaki tambahan ketiga, kita minta dipotong saja karena Putri dan Dewi suka ngeluh sakit," tuturnya.

Keterbatasan fisik tak menghalangi Putri dan Dewi untuk beraktivitas. Iwan mengatakan, Putri dan Dewi sangat aktif dan punya rasa ingin tahu yang tinggi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com