Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Kedokteran Jiwa: Masyarakat Bisa Cegah Aksi Bunuh Diri

Kompas.com - 23/08/2017, 10:18 WIB
Reni Susanti

Editor

Sumber ANTARA

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat bisa ikut berperan mencegah munculnya kasus bunuh diri di lingkungannya dengan mengenali gejalanya.

"Masyarakat dapat turut andil dalam upaya mencegah bunuh diri dengan mengenali tanda-tanda dan faktor risikonya," ujar ahli Kedokteran Jiwa Universitas Gadjah Mada (UGM) Carla Raymondalexas Marchira.

Menurut dia, faktor risiko bunuh diri meliputi banyak hal seperti menganggur, bercerai, menjadi korban bulliying, banyak konflik, dan terisolasi secara sosial. Lalu mengalami pelecehan seksual, memiliki riwayat mutilasi, serta mempunyai riwayat orangtua depresi.

Sedangkan tanda-tanda orang yang akan melakukan bunuh diri, sambung dia, biasanya sering menangis, merasa sedih, gelisah, mudah tersinggung, bingung, serta fanatik pada agama.

(Baca juga: Pelaku Percobaan Bunuh Diri di Jalan Layang Pasupati Meninggal)

Berbagai upaya pencegahan, menurut dia, dapat dilakukan untuk meminimalisasi kejadian bunuh diri.

Misalnya, untuk pencegahan primer dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko yang dimiliki dan pencegahan sekunder melalui deteksi dini dan terapi yang tepat untuk orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri.

"Misalnya saja menyingkirkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Kalau memang perlu, ada pengawasan secara total," tutur dia.

Ahli psikologi Klinis UGM Sumarni mengatakan, untuk mencegah niat maupun tindakan bunuh diri dapat dilakukan dengan memperkuat imunitas kepribadian.

(Baca juga: Dua Kali Coba Bunuh Diri, Ketiga Kalinya Wanita Ini Tewas)

Hal itu, perlu dilakukan karena faktor upaya percobaan bunuh diri berasal dari keberanian individu untuk melakukan bunuh diri.

Sumarni juga menekankan pentingnya membangun kedekatan dalam keluarga khususnya ibu dan anak saat usia 0-18 tahun. Hal ini penting dilakukan karena jika di awal kehidupan tercipta ketenangan jiwa sehingga tidak rentan mengalami gangguan jiwa.

"Kalau mental sehat akan hidup dengan baik dan optimis, tetapi kalau mental tidak sehat akan cenderung sedih, mudah was-was, dan mudah bunuh diri," ucapnya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul mencatat kasus bunuh diri di daerahnya sejak awal 2017 sudah mencapai 20 orang dengan dua kasus percobaan bunuh diri.

Kasus bunuh diri di wilayah tersebut cenderung mengalami peningkatan. Selama rentang 2003-2012, ada sekitar 330 peristiwa bunuh diri. Rata-rata terjadi 33 kasus bunuh diri setiap tahun.

Kompas TV Johannes Marliem diduga memiliki rekaman pertemuan – pertemuan untuk membahas proyek KTP elektronik. Kematian Johannes menambah rumit pengungkapan kasus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber ANTARA


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com