Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Kekeringan, Ganjar Minta Masyarakat Menabung Air

Kompas.com - 22/08/2017, 18:50 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meminta kepala daerah dan masyarakat untuk waspada menghadapi bencana kekeringan di wilayah ini. Bencana kekeringan bisa berdampak pada peristiwa kebakaran, krisis air bersih hingga penyebaran penyakit.

"Kami minta semua elemen untuk standby, siapapun, tidak hanya pemerintah, termasuk teman-teman aktivis untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran. Kemarin sudah terjadi kebakaran (di Kendal) tapi sudah ditangani," kata Ganjar usai membuka Konferensi Nasional Pendidikan Bencana (Konas PB) 2 Tahun 2017 di Universitas Muhammadiyah Magelang, Selasa (22/8/2017).

Bicara tentang kekeringan lanjut Ganjar, maka terkait pula dengan kekurangan air.  Dia mengaku telah menyiapkan beberapa upaya mengatasi kondisi darurat di daerah yang minim air bersih setiap musim kemarau tiba, salah satunya dengan persediaan air.

"Kekeringan terkait kekurangan air, jadi sekarang kami sudah siapkan kondisi-kondisi darurat untuk suplai air. Ini sifatnya yang jangka pendek, dari pemerintah, PDAM, dan dari perusahaan-perusahaan yang biasanya membantu. Besok sudah mulai jalan, dari Kedu sampai Banyumas untuk bantu air," katanya.

Lebih lanjut, dampak lain dari bencana ini adalah penyebaran demam berdarah, Pihaknya terus mendorong seluruh elemen masyarakat untuk menggiatkan lagi gerakan 3 M (Menutup, Menguras, Mendaur Ulang) di lingkungan sekitarnya.

Ganjar tidak memungkiri bahwa kekeringan juga berdampak pada hasil pertanian warga yang mengalami penurunan. Meski Ganjar meyakini hal tersebut tidak berpengaruh pada ketersediaan bahan makanan di Jawa Tengah.

"Kalau pangan masih cukup, kalau dampak (kekeringan) pasti ada, panen tidak optimal," ujarnya.

Baca juga: Kekeringan di Gunungkidul, Water Cannon Pun Diturunkan

Orang nomor 1 di Jawa Tengah itu meminta masyarakat untuk menjaga ketersediaan air bersih dengan menabung air, misalnya dengan membangun waduk, embung, dan yang penting konservasi sumber air dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya.

"Kalau jangka panjang lebih konservasi sumber air, menanam pohon. Kedua, membuat secara artifisial misalnya bikin waduk, atau saya sebut itu menabung air, setidaknya bisa untuk menyimpan air. Lalu sumur resapan juga bisa jadi cara mengatasi kekeringan itu," ucap Ganjar.

Dalam konferensi tersebut, hadir Asisten Deputi Pendidikan Tinggi dan Pemanfaatan Iptek Kementerian Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Masyarakat (Kemenko PMK), Asril, yang menyampaikan bahwa dunia pendidikan mempunyai andil dalam upaya mitigasi bencana yang kerap terjadi di Indonesia.

"Cuma kita ingin lebih meningkat lagi. Kenapa? Karena faktanya di Indonesia memang negara yang sangat rawan bencana. Dan tidak akan berhenti sampai kapanpun. Manusianya berganti, tapi bencananya akan ada terus. Karena kita memang negeri yang kaya raya, tapi konsekuensi potensi bencananya juga tinggi,” kata dia.

Pihaknya mendorong seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga jenjang perguruan tinggi (PT) untuk menamankan kesadaran akan mengatasi bencana melalui kurikulum yang ada.

Menurut dia, akses informasi tentang kebencanaan juga perlu ditingkatkan untuk menumbuhkan kesadaran tersebut.

"Kalau di PAUD paling tidak, mereka tahu bahwa sekolah bisa terbakar. Belum bicara lebih jauh lingkungan, masih sekolah dia, tempat dia tinggal. Mengenali apa yang bisa terbakar, apa yang berbahaya, nah itu sudah bagian dari pengenalan bencana,” kata dia.

Kompas TV Kekeringan sumber mata air dialami warga di Ponorogo, Jawa Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com