Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2017, 10:50 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN,KOMPAS.com – Perusahaan Lintas Samudra mandiri LSM selaku pihak yang mengurus pembayaran jasa kapal tol laut di Kecamatan Sebatik menyebutkan, tidak tahu secara pasti soal penyebab mahalnya biaya kapal tol laut yang dikeluhkan para pedagang di wilayah perbatasan Sebatik.

Direktur Lintas Samudra Mandiri Andi Syamsul Aris mengatakan, pihaknya hanya menambah Rp 100.000 dari nilai kuitansi yang dikeluarkan oleh PT Line selaku operator dari Surabaya yang mengurus naiknya barang yang menggunakan jasa kapal tol laut bersubsidi dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

“Kita hanya menambah Rp 100.000 untuk biaya kuli dan ongkos angkut ke rumah pemilik barang. Kalau ongkos tol laut tetap Rp 317.000,” ujarnya Minggu (20/8/2017).

Andi mengakui ada perbedaan jumlah nominal pada kuitansi yang diterima oleh para pedagang yang menggunakan jasa tol laut dengan kuitansi asli yang dimilikinya.

Menurut dia, kuitansi yang diterima oleh para pedagang di Sebatik bukan dari pihaknya, namun dari perusahaan ekspedisi yang berada di Surabya.

“Kuitansinya tidak sama, itu (kuitansi) dari Surabaya. Kalau beredar nota tidak ada stempel dan tanda tangan beredar itu bisa saja ,” ucap dia.

Sebelumnya sejumlah pengusaha di wilayah perbatasan Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan yang menggunakan jasa kapal tol laut yang disubsidi pemerintah Kalimantan Utara mengeluhkan tingginya biaya ongkos angkut melalui kapal tol laut yang harus mereka bayar.

Salah satu pengusaha di Sebatik, Jambi mengatakan, untuk mengangkut baham bahan bangunan yang didatangkan dari Surabaya seberat 5 ton dia mengaku harus mengeluarkan biaya hingga Rp 6,045 juta. Padahal sesuai aturan pemerintah, tarif tol laut hanya dikenakan Rp 317.000 per ton.

Jambi juga menyayangkan pembayaran tarif tol laut tersebut tidak disertai dengan nota rincian pembayaran. Saat membayar biaya ongkos angkut kapal tol laut yang kedua kalinya, Jambi kembali menemukan kejanggalan karena kuitansi pembayaran tol laut baru diberikan kepadanya 20 hari kemudian.

"Jumlahnya kita tahu tapi nama barang dan timbangannya tidak jelas, bagaimana kami bayar? itupun ada perbedaan dengan kuitansi asli yang sempat diberikan,"ucapnya.

Baca juga: Pengusaha di Perbatasan Keluhkan Tarif Tol Laut yang Melangit

Kompas TV Indonesia menegaskan untuk meneruskan visi poros maritim karena sesuai dengan geografi nusantara.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com