Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dino Umahuk

Dino umahuk adalah sastrawan Indonesia kelahiran Maluku. Selain menulis puisi, ia juga menulis kolom dan menyutradarai film dokumenter. Ia kini mengajar di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Garuda di Dadaku, Kuching di Perutku

Kompas.com - 10/08/2017, 14:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

“Walaupun hidup di batas, kami tetap cinta Indonesia”. Ini slogan khas masyarakat Jagoi, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.

Jagoi adalah sebuah wilayah Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia. Slogan yang menujukkan besarnya rasa cinta dan kebanggaan mereka terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ternyata hidup di perbatasan dengan fasilitas publik yang terbatas dan kesejahteraan yang jauh dari layak tidak mengikis rasa nasionalisme masyarakat Jagoi.

Jimau (45 Tahun) penduduk asli Desa Jagoi mengatakan, “Cari makan boleh di Malaysia, asalkan bisa pulang ke Indonesia.”

Ia mengaku setiap hari bolak-balik Indonesia-Malaysia untuk mengais rejeki.

Tak bisa dipungkiri, hidup dan kehidupan masyarakat Jagoi sebagian besar bergantung pada negeri tetangga Malaysia. Hal ini disebabkan hampir semua aktivitas ekonomi masyarakat berlangsung di Pasar Serikin.

Pasar Serikin yang terletak di daerah Bau, sekitar 15 menit perjalanan darat dari Desa Jagoi. Pasar itu hanya beroperasi pada akhir pekan. Jam operasi pasar dimulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00 atau 13.00 siang.

Bila ingin berkunjung ke Serikin, jangan lupa membawa payung atau topi sebagai pelindung kepala. Pada siang hari, cuaca di pasar ini lebih terasa menyengat kulit ketimbang di daerah lainnya di Sarawak. Maklum, daerah Serikin begitu dekat dengan garis Khatulistiwa.

Biasanya pedagang mulai berdatangan pada hari Jumat dan pulang hari Minggu sore. Perbatasan Jagoi-Serikin hanya memiliki Pos Lintas Batas (PLB).

Menurut peraturan, PLB hanya diperbolehkan untuk lalu-lintas penduduk yang bertempat tinggal di kecamatan yang langsung berbatasan dengan Malaysia, menggunakan Pas Lintas Batas. Penduduk juga hanya diperbolehkan belanja paling banyak 600 ringgit per bulan.

Dengan Pas Lintas Batas, penduduk Indonesia diperbolehkan masuk hanya sampai Daerah Bau. Jika ingin pergi lebih jauh dari Bau, mereka harus menggunakan paspor dan harus melalui pintu batas resmi seperti di Entikong (Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat)-Tebedu, Sarawak), tidak bisa melalui PLB Jagoi-Serikin.

Sejak krisis ekonomi

Pasar Serikin semakin berkembang setelah krisis ekonomi sekitar tahun 2000. Nilai Rupiah saat itu jauh lebih rendah dibanding Ringgit. Masyarakat Malaysia di sekitar perbatasan banyak berbelanja ke wilayah Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com