Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyeberang Pulau, Uus Bertaruh Cemas di Aceh

Kompas.com - 04/08/2017, 16:55 WIB
Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Uus Usman, duduk santai di depan Pendopo Bupati Aceh Utara, Jalan Merdeka Utama, Kota Lhokseumawe, Jumat (4/8/2017). Tubuhnya bersandar di pohon angsana, sesekali matanya awas melihat pengendara yang menepi ke sisi kiri jalan.

Enam hari lalu, pria yang akrab disapa Uus ini tiba di Kota Lhokseumawe. Dia menempuh jalan darat dari Garut, Jawa Barat ke Lhokseumawe. Naik bus selama enam hari enam malam bersama enam temannya.

Masing-masing mereka membawa satu karung kain berwarna merah dan putih. Sebagian dijahit dalam bentuk bendera, yang lainnya dalam bentuk umul-umbul, dan aneka model lainnya. Ada yang polos dan ada pula yang dihiasi burung Garuda.

Uus, baru kali ini berdagang di Aceh. Sebelumnya, dia memilih berjualan sekitar Provinsi Jawa Barat.

“Kata kawan-kawan, jualan kemari lebih untung. Lakunya banyak,” kata Uus.

Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke 72 pada 17 Agustus 2018 membawa berkah tersendiri bagi orang seperti Uus. Pria berambut ikal itu berencana selama dua pekan berada di Lhokseumawe. Lalu, apa kesannya sebelum berangkat ke Aceh?

“Agak takut juga. Dulu kan Aceh perang ya. Harap-harap cemas juga saya,” sebutnya sambil tersenyum dengan dialek Sunda.

Baca juga: Cinta NKRI, Warga Perbatasan Kibarkan 2.400 Bendera Merah Putih

Namun, ketika tiba di Aceh, kecemasannya sirna. “Bahkan polisi cerita ke saya, tidak perlu takut. Sudah sangat aman kok. Itu juga yang saya rasakan,” ucapnya.

Dia indekos di Jalan Samudera, Kota Lhokseumawe. Sebulan biaya kos sebesar Rp 700.000. “Harga itu masih cukuplah kami ambil dari harga jual bendera,” ujarnya.

Hari itu, baru beberapa umbul-umbul yang laku terjual. “Ini baru laku Rp 300.000,” sebutnya.

Harga jual barang dagangannya variatif, mulai Rp 10.000-Rp 150.000 per lembar. Tergantung ukurannya. “Tidak tentu juga lakunya berapa. Kadang banyak, kadang tidak. Tapi masih untunglah. Cukup buat makan dan bawa untuk keluarga di Garut,” katanya.

Sejak pagi hingga sore dia berjualan. Dalam sehari terkadang dia memproleh untung Rp 500.000. Mata hari merangkak naik. Uus menegak air mineral yang dibawahnya. Matanya tetap nanar ke pengendara jalan. Sejurus kemudian dia bergegas meninggalkan lapak berjualan. Menuju masjid untuk shalat Jumat.

“Sangat aman. Dagangan tidak perlu dijaga juga enggak hilang,” pungkasnya.

Kompas TV Transjakarta Koridor 13 Beroperasi 17 Agustus 2017
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com