Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganja Demi Cinta Fidelis Diganjar 8 Bulan Penjara

Kompas.com - 03/08/2017, 07:25 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

SANGGAU, KOMPAS.com - Fidelis pasrah. Dengan posisi berdiri sambil kepala tertunduk ke bawah, Fidelis Arie Sudewarto (36) mendengarkan hakim ketua membacakan amar putusan yang diakhiri dengan tiga kali ketukan palu.

Perjuangannya dalam mengobati sang istri, Yeni Riawati menggunakan ekstrak ganja (cannabis sativa) diganjar majelis hakim dengan hukuman delapan bulan penjara.

Toh, meskipun seandainya majelis hakim memutuskan Fidelis bebas murni, putusan itu tidak bisa mengembalikan almarhumah Yeni hidup kembali dan berkumpul bersama keluarga mereka.

Perjuangan Fidelis untuk melepaskan belenggu penyakit yang diderita istrinya itu sebenarnya sudah berakhir sejak ia ditahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Sanggau pada 19 Februari 2017 lalu.

(Baca juga: Fidelis Divonis 8 Bulan Penjara dan Denda Rp 1 Miliar)

Petugas BNN menangkap Fidelis di rumahnya karena menaman 39 batang pohon ganja (cannabis sativa).

Diagnosa Penyakit

Penyakit yang diderita Yeni berawal ketika sang istri hamil anak kedua mereka Samuel, pada 2013 silam. Saat itu, kaki sebelah kanan Yeni sakit dan tidak bisa digerakkan sehingga dibawa ke RSUD Sanggau.

Dokter setempat tidak bisa mendiagnosa dan mengatakan itu bawaan hamil. Yeni pun dibawa kembali ke rumah. Tak lama berselang, Yeni kemudian melahirkan secara normal dengan kondisi anak dan ibu sehat.

Namun tahun 2014, ketika bayi berusia lima bulan, sakit yang dialami Yeni kambuh. Kali ini kedua kakinya sakit dan tidak bisa digerakkan. Yeni kemudian dibawa kembali ke RSUD Sanggau dan didiagnosa menderita penyakit Shyndrome Guillain Barre (SGB).

Yeni lalu dirujuk ke RS Santo Antonius Pontianak. Setibanya di Pontianak, hasil laboratorium dari RS Antonius tidak menemukan indikasi adanya penyakit SGB tersebut.

(Baca juga: Akhir Perjuangan Fidelis Merawat Sang Istri dengan Ganja (Bagian 5))

Namun, berdasarkan pemeriksaan radiologi (MRI) di Antonius ada kemungkinan menderita syringomyeila. Setelah mengetahui hasil diagnosa MRI tersebut, Yeni dibawa kembali ke Sanggau.

Pihak keluarga kemudian mencoba pengobatan alternatif dengan terapi pijat saraf di daerah Bodok, Kabupaten Sanggau. Yeni menjalani pengobatan selama dua minggu di tempat terapi tersebut dan menunjukkan perkembangan, jempol kakinya mulai bisa digerakkan.

Lantaran menunjukkan adanya perubahan dan mulai terlihat sehat, Yeni kemudian dibawa pulang ke rumah. Namun, tak lama berselang, sekitar tahun 2015, penyakitnya kembali kambuh dan dibawa ke Rumah Sakit Sanggau.

Yeni didiagnosa menderita psikosomatis (gangguan kejiwaan) sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Singkawang.

Karena di RSJ Singkawang tidak ada layanan rawat inap, Yeni kemudian dirujuk lagi ke Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang. Ia dinyatakan boleh pulang karena tidak ditemukan kelainan kejiwaan.

(Baca juga: Fidelis yang Rawat Istrinya dengan Ganja: I Am a Patient, Not a Criminal)

Tahun 2016, Yeni kembali dibawa ke RSUD Sanggau. Kali ini penyakit hasil diagnosa menyebutkan dia menderita Tumor Buli, dan lagi-lagi dirujuk ke RSU Soedarso Pontianak.

Berdasarkan hasil USG, pihak RSUP Soedarso Pontianak menyatakan tidak ada penyakit tumor buli dan berdasarkan hasil MRI, RSUP Soedarso Pontianak mendiagnosa bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit syringomyelia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com