Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Karsi Hidup di Rumah Reyot dengan Ayam dan Kucing

Kompas.com - 02/08/2017, 10:50 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Seorang nenek berusia 75 tahun tinggal sendirian di gubuk tua beralaskan tanah. Namanya Mbah Karsi (75).

Dia tinggal di rumah reyot dari kayu seluas kira-kira 4x5 meter di sebuah perkampungan di Kelurahan Tambrangan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Di dalam rumah itu, Mbah Karsi menjalani masa hidupnya sehari-hari sendirian. Ia ditemani ayam dan kucing sebagai teman hidup. Bau kotoran ayam dan kucing pun bercampur di dalam rumah itu.

Meski demikian, Mbah Karsi merasa tidak risih dengan kondisi tersebut. Bau kotoran tercium sejak tamu berada di depan rumah. Ayam dan kucing bebas keluar masuk rumah.

Di dalam rumah, hanya ada satu kasur kusam yang diletakkan tepat di depan pintu. Di dalam ruangan itu juga digunakan sebagai dapur. Tungku dari batu bata ditumpuk dijadikan alat masaknya.

(Baca juga: Kisah Jossy, Bocah 14 Tahun Tanpa Anus dan Alat Kelamin Sejak Lahir)

Rumah ini juga tidak dilengkapi dengan fasilitas sanitasi. Tidak ada kamar mandi maupun saluran pembuangan air.

"Mpun (sudah) biasa mas. Ya ini ditemani kucing, kucingnya sudah empat. Pitik (ayam)nya sudah habis, sudah pada mati semua," kata Mbah Karsi saat ditemui di rumahnya, Selasa (1/8/2017).

Mbah Karsi tak sanggup memperbaiki rumahnya karena ia tak punya penghasilan. Untuk menafkahi hidupnya, nenek sebatangkara itu menggantungkan bantuan dari para tetangganya. Sehari-hari, dia hanya bekerja serabutan mengupas jagung.

Karsini (80), kakak kandung Mbah Karsi, mengatakan, adiknya hidup di gubuk itu sendirian. Ia tidak punya keturunan karena belum pernah menikah. Dia juga membenarkan bahwa adiknya memang terbiasa tidur dengan ayam dan kucing.

Rumah Mbah Karsi di Tambrangan direncanakan dibedah oleh Pemerintah Kota Semarang pada tahun ini. Rumahnya masuk dari 80 daftar rumah yang hendak dipugar. Mbah Karsi hanya berkomentar singkat.

"Ya, monggo (silakan)," katanya.

Kepala Seksi Pembangunan Kelurahan Timbrangan Mukti Pramono mengatakan, rumah Mbah Karsi masuk dalam yang daftar rumah akan dibedah. Rumah Mbah Karsi sebelumnya tak masuk rencana karena berada di lahan bukan atas miliknya sendiri.

Pihak kelurahan pun sepakat membantu menguruskan administrasi agar rumah Mbah Karsi bisa dibedah.

"Kami bantu buatkan surat bahwa yang berangkutan tinggal di sana puluhan tahun. Kalau tidak dibantu, rumahnya tak bisa dibedah," ujarnya.

Proses perbaikan rumah tidak layak huni di Kota Semarang pada 2017 ini berjumlah 1.162 rumah.

Dari jumlah itu, 400 unit rumah di antaranya dibedah melalui dana Alokasi khusus (DAK) bantuan Pemerintah pusat.

Tiap rumah dari DAK diberi bantuan Rp 15 juta berupa bahan bangunan. Sementara sisanya, dibangun melalui sumbangan dari Bantuan Sosial Pemrov Jateng dan Pemkot Semarang. Tiap rumah sisa dari sasaran DAK mendapat bantuan Rp 10 juta plus tenaga tukang.

 

Kompas TV Saat disambangi, nenek yang bernama Suparni ternyata masih produktif dalam bekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com