Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merampok, Pria Ini Kubur Perhiasan dan Uang Senilai Rp 500 Juta di Kebun

Kompas.com - 31/07/2017, 20:27 WIB

SEMARAPURA, KOMPAS.com - I Putu Sugianta alias Montir (23) resah saat berada di balik jeruji besi Polres Klungkung, Senin (31/7/2017).

Tidak berselang lama, petugas kepolisian pun datang menghampirinya. Pria bertubuh jangkung dan kurus itu langsung bergegas berdiri.

Meskipun matahari sedang terik-teriknya, dia langsung digiring ke halaman Satreskrim Polres dalam keadaan tangan terborgol.

Pria asal Desa Sampalan, Kecamatan Dawan, Klungkung tersebut diamankan Satreskrim Polres Klungkung, setelah berhasil mencuri beraneka jenis perhiasan emas seberat total 230 gram dan uang tunai senilai Rp 55 juta.

Perhiasan emas yang dicurinya belum sempat dijual. Perhiasan senilai Rp 500 juta tersebut ditanam di bawah pohon pisang di salah satu lahan kosong milik warga.

“Saya mencuri mau bayar utang senilai Rp 10 Juta. Sebelumnya mencari utang untuk kebutuhan sehari-hari. Saya baru sekali ini mencuri. Mencuri di rumah itu karena iseng aja,” ujar Sugianta ketika dimintai keterangan.

(Baca juga: Sopir Pribadi Anggota Dewan Nekat Curi Perhiasan Istri Majikannya)

Kasat Reskrim Polres Klungkung AKP I Made Agus Dwi Wirawan menjelaskan, penangkapan terhadap tersangka bermula ketika Polres Klungkung menerima laporan dari seorang warga bernama Ni Nyoman Arki (41) yang kehilangan perhiasan emas di rumahnya, di Dusun Jabon, Desa Sampalan, Klungkung, Bali, Rabu (27/7/2017).

Saat kejadian, Ni Nyoman Arki meninggalkan rumahnya dalam keadaan kosong sekira pukul 18.30 Wita karena hendak melakukan aktivitas yoga. Tersangka pun segera melancarkan aksinya masuk ke rumah korban melalui jendela setelah mencongkelnya dengan obeng.

Setelah itu, tersangka juga membongkar lemari dan membawa kabur berbagai perhiasan emas dengan total berat 230 gram atau senilai sekitar Rp 400 juta dan uang tunai Rp 55 Juta.

“Bagi tersangka, kediaman dari korbannya (Ni Nyoman Arki) tidaklah asing. Sebelumnya, tersangka yang bekerja sebagai tukang celup benang, kerap menawarkan benang ke kediaman Ni Nyoman Arki yang merupakan pengusaha tenun ikat. Karena ketika itu rumah dalam keadaan kosong, tersangka memiliki kesempatan untuk melakukan aksinya,” ucap Made Agus ketika dikonfirmasi, Senin.

Kasus pencurian emas tersebut dilaporkan hari itu juga sekitar pukul 22.30 Wita. Tim Buser Polres Klungkung pun langsung melakukan penyelidikan di TKP dan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi yang ada di sekitar TKP.

Awalnya, petugas mengamankan 3 warga sekitar yang dicurigai menjadi pelaku pencurian. Setelah mengumpulkan keterangan, kecurigaan polisi menguat kepada Sugianta.

“Tersangka sebenarnya ikut menyaksikan ketika kita melakukan olah TKP. Gerak-geriknya sudah sangat mencurigakan. Tersangka kami amankan Jumat (29/7/2017) saat sedang minum tuak di sekitar Desa Sampalan. Sebelumnya dia sempat mengelak melakukan pencurian dan keterangannya juga kerap berubah. Setelah kami desak, tersangka akhirnya mengakui perbuatannya,” ucap Made Agus.

Seluruh barang curiannya tersebut, lanjut dia, justru dikubur di tanah kosong milik warga yang lokasinya berada sekitar 500 meter dari lokasi pencurian.

“Jadi semua barang bukti masih utuh dan dikubur di bawah pohon pisang,” tambah Made Agus. (Eka Mita Suputra)


Berita ini telah tayang di Tribunnews.com, Senin (31/7/2017), dengan judul: Emas dan Uang Senilai Rp 500 Juta Itu Dikubur di Kebun Kosong

 

 

Kompas TV Di Semarang, Jawa Tengah, toko perhiasan emas rupanya kebanjiran pemborong.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com