Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Desa di Pegunungan Menoreh Rawan Kekeringan

Kompas.com - 22/07/2017, 17:37 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Sedikitnya 8 desa di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, masuk daerah langganan kekeringan setiap musim kemarau. Sebagian besar desa ini berada di lereng perbukitan Menoreh.

Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edy Susanto, kedelapan desa tersebut antara lain Desa Banyudono (Kecamatan Dukun), Margoyoso (Kecamatan Salaman), Bumiharjo, Kenalan, Kembanglimus, Wringinputih, Candirejo, dan Tegalarum (Kecamatan Borobudur).

"Delapan desa ini yang selalu minta dropping air bersih setiap musim kemarau," ujar Edy, ditemui di kantornya, Sabtu (22/7/2017).

Namun sejauh ini baru warga Dusun Tubansari, Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman, yang meminta dropping air bersih. Pihaknya telah menindaklanjuti permintaan warga tersebut sejak Jumat (21/7/2017) dengan mengirimkan 1 tangki atau sebanyak 5.000 liter.

Baca: Kekeringan Meluas, Separuh Telaga di Gunungkidul Mengering

"Selanjutnya hari ini kami dropping lagi 2 tangki atau sebanyak 10.000 liter. Dropping akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan warga dan assesment di lapangan," ujarnya.

Edy melanjutkan, masih perlu ada kajian geologis yang mendalam untuk mengetahui penyebab terjadinya kekeringan di wilayah tersebut.

Hanya saja dari pengamatannya, desa-desa tersebut berada di daerah dengan kontur tanah batu kapur sehingga tidak memiliki air bawah tanah.

"Desa Kenalan Kecamatan Borobudur misalnya, masuk desa yang paling cepat kekeringan karena memang tanahnya bebatuan sehingga tidak punya air bawah tanah,"ungkap Edy.

Menurutnya, dropping air bersih menjadi salah satu upaya untuk membantu memenuhi kebutuhan warga akan air bersih. Permintaan dropping air itu sendiri setiap tahun fluktuatif tergantung musim masing-masing daerah.

Baca: Kekeringan Mulai Melanda Bima, Warga Antre Air Bantuan

Dia mencontohkan, pada 2016 lalu nyaris tidak ada permintaan dropping air karena hujan terjadi sepanjang tahun.

"2016 hujan sepanjang tahun, sumber mata air telah mencukupi sehingga cadangan air kami juga tidak digunakan," paparnya.

Selain dropping, upaya yang penting juga dilakukan adalah perawatan daerah-daerah tangkapan air termasuk menjaga vegetasi.

Lalu pencanangan program-program yang mendukung pemenuhan kebutuhan air bersih seperti Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dan pembangunan sumur bor/pompa.

"Program-program seperti ini sangat baik, sehingga tidak hanya mengandalkan dropping air bersih saja. Program ini memang perlu kajian dan diskusi semua komponen sehingga diketahui penyebab kekeringan dan solusinya," jelasnya.

Menurut Edy, ada beberapa desa yang telah melaksanakan program tersebut sehingga saat ini tidak lagi meminta bantuan dropping air dari BPBD.

Daerah tersebut antara lain Desa Kalitulung (Kecamatan Sawangan), Maitan (Kecamatan Borobudur) dan Banyudono (Kecamatan Dukun).

Kompas TV Kembalikan Air Kami
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com