Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Siswa SD Ini Masih Trauma Insiden Polisi Pukuli Temannya di Depan Guru

Kompas.com - 17/07/2017, 13:17 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Lebih dari separuh murid SDN Kumai Hilir 1, mengaku masih takut dengan insiden pemukulan salah satu temannya, MA, oleh seorang oknum polisi berinisial ASS.

Pengakuan tersebut diperoleh saat Kepala Bidang Perlindungan Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Eni Pujirahayu mengajukan pertanyaan kepada para siswa. 

"Adik-adik, ada yang masih takut?" tanya Eni, Senin (17/7/2017), dijawab dengan acungan tangan para murid.

Eni dan tim Perlindungan Anak DPPKB Kotawaringin Barat terus melakukan pendampingan akibat kekerasan yang terjadi di dalam lingkungan sekolah saat jam pulang siswa, Jumat (13/5/2017) itu.

(Baca juga: Anak Mengadu Dipukul, Polisi Pukuli Siswa SD di Depan Guru)

Selain mengunjungi sekolah, tim mendatangi kediaman korban di Kecamatan Kumai yang berada 12 kilometer dari Pangkalan Bun. 

"Kita tetap memantau pemulihan psikisnya. Kita punya psikolog yang akan mendampingi. Nanti akan ada wawancara beberapa kali dengan anaknya sampai dia pulih," jelas Eni.

Menurutnya, perlu dilakukan sosialisasi pada para siswa agar tidak takut pada polisi. "Kalau bisa pihak kepolisian turun juga agar trauma anak-anak pada polisi pulih," tutur Eni.

Hal senada disampaikan Ketua Komisi A DPRD Kotawaringin Barat, Subandi. Ia berharap, polisi menggelar kegiatan humanis agar anak tidak trauma dan berasumsi polisi itu kejam.

"Seperti gerakan polisi sayang anak, mencintai anak-anak, dan bisa bermain dengan anak-anak," tutur Subandi.

(Baca juga: Seorang Polisi Tampar Tersangka dalam Rekonstruksi Kasus Pembunuhan)

 

Menurutnya, aksi kekerasan polisi di lingkungan sekolah bisa mencoreng tujuan Kotawaringin Barat sebagai kabupaten layak anak. "Padahal Kotawaringin Barat satu-satunya yang paling siap menuju kabupaten layak anak (di Kalimantan Tengah)," ujarnya.

ASS, polisi berpangkat brigadir itu menampar MA berkali-kali setelah mendapat pengaduan anaknya, DA, siswi yang sekelas dengan MA saat jam pulang sekolah. MA mengaku memukul DA karena diejek bajunya robek.

"Kaya orang gila, gembel," kata dia saat menerima kedatangan Eni dan timnya, Senin (17/7/2017).

Setelah dipukul, DA menjerit dan langsung lari mengadu ke ayahnya ASS, yang sudah menanti di gerbang sekolah. ASS lalu masuk ke sekolah dan menampar wajah MA bertubi-tubi, di hadapan Parminah (53), guru kelas yang sedang menanyai MA setelah memukul DA.

Sejak kejadian ini, MA dan DA belum masuk kembali ke sekolah. Jejak pukulan polisi di wajah MA juga belum hilang. Sebagian mata kanannya masih merah, dan giginya goyang.

Kompas TV Aiptu S diduga jadi pengendali penyelundupan sabu asal Malaysia ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com