Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemarau, Warga Buat Lubang di Telaga Kering untuk Dapatkan Air

Kompas.com - 16/07/2017, 15:20 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Kekeringan yang melanda Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta menyebabkan sebagian masyarakat memanfaatkan sisa air telaga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Seperti warga Ngricik, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop, sebagian warga membuat lubang kecil di telaga Banteng untuk mengambil sisa air telaga yang mengering sejak 2 bulan terakhir.

Telaga yang terletak di perbukitan karst ini sudah tidak ada airnya. Kondisi tanahnya pun retak-retak karena hujan sudah tidak turun sejak empat bulan terakhir.

Minggu (16/7/2017) ketika Kompas.com mengunjungi telaga tersebut, terlihat belasan lubang dengan kedalaman rata-rata 50 cm yang digali warga untuk mendapatkan air. Namun sebagian besar lubang tersebut sudah mengering, hanya sisa sekitar 3 lubang yang masih berair.

Puluhan ember dan jeriken penuh air belum diambil pemiliknya mengendapkan air agar jernih.

Baca juga: Kemarau, Parsilan Berjalan 3 Km Ambil Air untuk Minum Ternak

Ada dua orang wanita paruh baya mengais sisa air telaga dari dua lubang yang berbeda. Salah satunya Sukini (56).

Dia bercerita bahwa sejak beberapa bulan terakhir hujan sudah tak turun sehingga air telaga yang biasanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pun habis. Demikian juga tempat penampungan air hujan miliknya sudah mengering.

Tak ada sumur karena wilayah tersebut karena berada di perbukitan karst yang cukup sulit untuk menemukan sumber air dangkal.

Sementara PDAM yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan air tak menjangkau wilayah tersebut meski ada pipa yang terpasang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama keluarganya, Sukini membeli air dari tangki swasta seharga Rp 120.000 per tangki yang bisa digunakan untuk seminggu sampai dua minggu.

"Untuk minum ternak sama mencuci mengambil dari sisa telaga dengan membuat sumuran (lubang)," katanya.

Tak terlihat wajah lelah wanita yang memiliki dua orang anak ini, dia setiap pagi dan sore hari mengambil air dari telaga Banteng. Menggunakan jeriken ukuran 20 liter, dia bolak balik sejauh 500 meter ke rumahnya.

"Sehari kadang 3 kali kadang ya empat kali, tergantung kebutuhan," ucapnya.

Watinah (63) warga lainnya, tampak asyik membersihkan kedelai yang akan dibuat tempe di sekitar lubang. Hal ini untuk mengurangi penggunaan air yang dia beli dari tangki swasta.

"Airnya di sini lebih bersih dari tangki, karena di sini tidak mengandung kapur. Kadang saya menggunakan untuk masak," ucapnya.

Menurut dia, setiap pagi dan sore hari air di sekitar lubang akan bertambah, dan warga sekitar akan berbondong-bondong mengisi jeriken atau ember yang dibawanya.

Selain itu, sebagian warga memilih untuk meninggalkan tempat air untuk diambil pada sore hari agar air lebih jernih.

Sejauh ini memang ada bantuan dari pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) namun tak mencukupi kebutuhan air bersih warga sekitar, karena hanya satu tangki ukuran 5.000 liter.

Dari Data BPBD Gunungkidul, sudah ada permintaan droping air bersih ke 7 kecamatan, adapun kecamatan yakni Panggang, Purwosari, Tepus, Tanjungsari, Paliyan, Rongkop, dan Girisubo.

Ketuju kecamatan itu meliputi 32 desa meliputi 254 padukuhan dengan jumlah kepela Keluarga 9.046, dan 45.230 jiwa.

Baca juga: Kemarau, Warga Gunungkidul Menjual Perhiasan untuk Membeli Air

Kompas TV Musim Kemarau Sebabkan Kawanan Monyet Turun Gunung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com